Minggu, 11 November 2012
Vaihingen, Budden Wuttemberg – Jerman
Pagi ini kami bersiap-siap check out dari hotel Ibis Augsburg. Hari ini adalah hari terakhir kami berada di kota ini. Bus DAAD sudah menanti menjemput kami untuk melanjutkan perjalanan. Selamat tinggal Augsburg, Prof. Sussane Popp, Dr. Jutta Schuman, Dr Sabine Tamm, Ms Antje Koerschner, Jessica Schreyer, Tanja Köble, dan teman-teman di Universitas Augsburg lainnya, terimakasih untuk semua sambutan ramah dan hangat disana.Perjalanan kami selanjutnya menuju Heidelberg, tetapi sebelumnya kami akan singgah di salah satu kamp konsentrasi masa NAZI di daerah Vaihingen Enz, selatan Jerman. Meski hujan namun perjalanan tidak kehilangan pemandangan indahnya. Rumah-rumah klasik khas Eropa berjejer rapih, pohon-pohon maple dan pinus yang terlihat menguning adalah pemandangan umum yang kami temui selama di perjalanan. Setelah dua jam perjalanan kami berhenti untuk makan siang di salah satu restoran siap saji, sebut saja McDonald’s. Uniknya, restoran yang dapat dengan mudah kita temui di Indonesia ini, justru jarang terlihat beroperasi disini. Dengan hanya membayar sekitar 3,80 € kita sudah mendapatkan kentang goreng, Chicken Filet Burger , dan satu cup pepsi ukuran medium. Lebih murah dibandingkan makan siang di restoran Jerman atau Italia yang bisa menghabiskan 5-10 € untuk satu kali makan.
Perjalanan pun dilanjutkan meski rintikan hujan masih belum mau berhenti. Satu jam kemudian akhirnya kami sampai di daerah Vaihingen. Wilayah ini terletak di pinggiran barat wilayah Neckar tengah, antara Stuttgart dan Karlsruhe, di selatan Jerman. Letak Vaihingen yang berdekatan dengan wilayah Sungai Enz, membuat wilayah ini disebut juga dengan Vaihingen an der Enz. Tidak lama bus kami berhenti disebuah jalanan aspal sempit di daerah pedesaan. Disini kami diminta turun dan langsung diajak masuk ke sebuah bangunan yang tidak terlalu besar. Tertulis jelas disebuah tembok berukuran tinggi : KZ-Gedenkstätte Vaihingen an der Enz (Concentration Camp Memorial Vaihingen on the Enz). Ternyata inilah kamp konsetrasi pada masa NAZI yang akan kami jelajahi itu.
Salah satu kamp peninggalan masa NAZI
Di ruangan tersebut kami disambut oleh Mr Rainer Meyer, ia adalah pemandu kami yang akan menjelaskan seputar sejarah dan apa yang terjadi di kamp konsetrasi Vaihingen ini. Selain bertugas sebagai pemandu, Mr Meyer juga ternyata merupakan guru sejarah yang sampai saat itu masih belajar di Universitas Ludwigsburg. Kehadiran kami disambut hangat oleh Mr Meyer karena baru kali ini ada orang Indonesia yang berkunjung ke KampKonsentrasi Vaihingen / Enz. Selain banyak dikunjungi oleh wisatawan lokal, Kamp Konsentrasi Vaihingen / Enz juga banyak dikunjungi oleh para wisatawan mancanegara. Khususnya para keluarga korban kekejaman dari pemerintahan teror NAZI yang meninggal di kamp ini.
Setidaknya 1.700 narapina berada di Kamp Konsentrasi Vaihingen / Enz meninggal antara tahun 1944 sampai dengan 1945. Mereka meninggal akibat kondisi kerja dan kehidupan yang tidak manusiawi selama berada di kamp ini. Semula kamp didirikan sebagai kamp kerja paksa, kemudian berubah menjadi kamp untuk para tahanan yang sakit parah. Sekitar 4.500 orang dari lebih 20 negara Eropa yang dipenjarakan oleh rezim teror Nazi. Rata-rata meninggal akibat kerja paksa dan penyakit karena kondisi kebersihan dan perawatan yang tidak memadai sama sekali selama di kamp. Kamp Konsentrasi Vaihingen / Enz adalah bagian dari kamp konsentrasi terbesar di Barat yaitu Natzweiler yang terletak di Alsace, Prancis. Sehingga korban yang terdapat di kamp ini bukan hanya berasal dari Jerman tetapi ada juga yang berasal dari Polandia, Swis, Prancis, Norwegia dan negara-negara sekitar Eropa lainnya.
Sejak tahun 1942, wilayah Vaihingen dijadikan tempat bagi pengembangan industri persenjataan Jerman selama masa Perang Dunia II. Di daerah ini dibangun pabrik persenjataan Messerschmidt yang berada di bawah tanah agar terlindung dari serangan bom Sekutu. Pembangunan pabrik senjata dibawah tanah juga dikarenakan daerah tersebut merupakan daerah penghasil pertambangan yang berguna bagi pembuatan senjata. Awalanya kamp kerja itu dihuni 2.189 tahanan Yahudi dari Ghetto Radom di Polandia. Selanjutnya para tahanan tersebut dipekerjakan di pertambangan, membawa batu, puing-puing, dan pasir. Para tahanan bekerja 12 jam sehari dengan kondisi kelaparan, hal tersebut menyebabkan tingkat kematian tinggi. Mereka ditampung di empat rumah dengan satu kamar mandi. Kamp itu dijaga ketat dengan kawat berduri berlapis-lapis, menara pengawas, dan pasukan SS (Schutzstaffel) tentara NAZI.
Pada musim gugur tahun 1944 operasi Stoffel ditinggalkan dan sebagian besar tahanan dipindahkan ke kamp lain, terutama Bisingen, Hessental, Dautmergen, atau Unterriexingen. Kamp Wiesengrund tetap mempekerjakan buruh secara paksa, tetapi tujuan utamanya adalah menampung tahanan yang sakit di sana untuk mati. Hanya ada satu buah klinik untuk merawat 2.442 tahanan yang sakit parah, mereka tiba antara November 1944 dan Maret 1945. Tingkat kematian meningkat secara drastis, menjadi 33 kematian per hari. Epidemi tifus membuat kondisi jauh lebih buruk. Dengan pendekatan dari tentara Perancis, pada tanggal 5 April 1945, pada tanggal 7 April kamp secara resmi dibebaskan oleh tentara Perancis. Meski begitu, terdapat 92 tahanan tewas setelah pembebasan akibat tifus. Jenasah para korban di kuburan di pemakaman masal yang digali dekat kamp, tempat tersembut menjadi tempat peringatan yang diresmikan pada tanggal 2 November 1958. Pejabat Kamp yang bertanggung jawab terhadap peristiwa tersebut didakwa dan diadili oleh pengadilan militer Perancis. Sepuluh diantaranya dihukum mati, dan delapan lainnya dijatuhi hukuman kerja paksa.
Tempat Memorial
Tidak jauh dari Kamp Konsentrasi Vaihingen/Enz kita bisa melihat pemakaman masal dari korban meninggal di kamp ini. Selain sebagai tempat pemakaman, tempat ini juga dijadikan sebagai tempat memorial untuk mengenang dan menghormati para korbang perang disini. Saat memasuki gerbang kita akan melihat batu bergambar orang yang diatasnya terdapat tulisan sebagai penanda, isinya adalah “Dalam memori kekal korban pemerintahan teror Sosialis Nasional yang meninggal di kamp konsentrasi di Vaihingen / Enz. Jenazah yang ditemukan dikubur di sini pada tahun 1956.”Selain batu tersebut ada juga plakat perunggu yang terletak di dinding gerbang masuk yang ditulis dalam bahasa Jerman dan Norwegia. Tulisan Norwegia berbunyi ucapan terimakasih dan penghargaan terhadap para putra Norwegia yang menjadi tahanan di Kamp Vaihingen pada tahun 1944-1945 yang telah memberikan hidup mereka dalam memerangi Sosialisme Nasional dan ketidakadilan. Terdapat tiga belas nama yang terdaftar dalam palakat tersebut.
Kita juga bisa melihat ratusan batu nisan yang berjejer diarea pemakaman tersebut. Batu nisan diberikan nomor sesuai dengan urutan korban yang umumnya berhasil ditemukan dan akhirnya dikuburkan disini. Hanya sedikit yang benar-benar telah diidentifikasi diantara para korban yang dikuburkan tersebut. Ada juga beberapa nisan yang telah ditandai dengan palakat kuningan atau sudah diakui oleh keluarga atau kerabat dengan diberikan lilin oleh pengunjung.Di dinding pintu masuk terdapat penanda perindividu dari korban yang tewas yang ditulis dengan berbagai bahasa seperti Ibrani, Jerman, Prancis, Norwegia dan lain sebagainya. Salah satu penanda yang ditulis dalam bahasa Ibrani berbunyi, “Berikut berbaring ayah tercinta kami Jakob Stopnicki lahir 1900 di Opatow meninggal 1945 di Vaihingen / saudara tercinta kami Chaim Stopnicki lahir 1923 di Opatow meninggal 1944 di Vaihingen.”
Sayangnya, menurut Mr Meyer tempat memorial ini sering mendapatkan perlakuan yang kurang baik. Beberapa kali tempat memorial ini dirusak. Bahkan ada beberapa nisan dan penanda yang dicoret dengan pilox ataupun dirusak hingga retak. Hal tersebut dilakukan karena berbagai alasan diantaranya paham anti semitism yang masih ada pada pemikiran orang-orang yang tidak bertanggung jawab tersebut.Kini berdirinya Kamp Konsentrasi Vaihingen/Enz ini selain diperuntukan untuk menghormati para korban yang meninggal juga dimaksudkan untuk melindungi mereka dari prasangka publik tentang masa lalu yang terjadi. Serta menjalin hubungan baik dengan para keturunan korban perang di kamp ini. Jadi eksistensi kamp memorial ini memiliki kontribusi penting untuk memberikan informasi sejarah terhadap pandangan ekstrimisme dan fanatisme publik untuk bisa berdamai dengan masa lalu, khususnya di wilayah ini.
Jangan asal datang
Mr Rainer Meyer bukan hanya mengajak kami untuk mengenal peristiwa sejarah di Kamp Konsentrasi Vaihingen/Enz ini. Sebagai guru sejarah sekaligus pemandu wisata, Mr Meyer mencoba memberikan pengetahuan luas kepada pengunjung untuk tidak sekedar berkunjung tetapi memberikan kesadaran atas apa yang terjadi. Mr Meyer mencoba menjelaskan peristiwa-peristiwa yang terjadi dikonsentrasi ini melalui data-data otentik yang dimilikinya. Sehingga para pengunjung tidak disuguhi cerita-cerita bersifat ahistoris. Sebagai guru sejarah ia paham betul arti penting sumber atau bukti sejarah bagi sebuah peristiwa sejarah. Sehingga ia selalu menyajikan dokumen, gambar, foto, tabel, yang mendukung penjelasannya mengenai peristiwa sejarah yang terjadi di Kamp Konsentrasi Vaihingen/Enz. Hal ini menarik, mengingat jarangnya guru sejarah kita yang benar-benar memanfaatkan sumber sejarah asli sebagai bagian dari media pembelajaran.Tidak hanya itu, Mr Meyer juga membagian tips kepada kami bagaimana mempersiapkan kunjungan ke tempat-tempat bersejarah seperti Kamp Konsentrasi Vaihingen/Enz ini. “Jangan asal datang !”, ujarnya saat itu. Pentingnya mempersiapkan kunjungan ke tempat seperti ini terutama bagi para siswa adalah mutlak dilakukan. Sebelum melakukan kunjungan,siswa dan guru diharapkan untuk mengetahui latar belakang sejarah dari tempat yang akan dikunjungi. Informasi tentang sejarah tempat tersebut serta kurun waktu menjadi hal yang sangat penting untuk diketahui. Selain itu, siswa dan guru harus berdiskusi terlebih dahulu mengenai tempat yang akan dikunjungi. Ajukan beberapa pertanyaan yang dapat dibawa saat mengunjungi tempat tersebut, sehingga siswa dapat menggali informasi lebih dalam lagi. Selama waktu kunjungan, siswa diharapkan didampingi oleh tur guide agar mereka mendapatkan informasi lengkap.
Biarkan siswa menggali pengetahuan dan membiarkan mereka untuk merasakan perisitwa sejarah yang terjadi saat kunjungan. Agar siswa mendapatkan perbedaan sebelum dan sesudah mengunjungi tempat seperti memorial ini. Tempat seperti Kamp Konsentrasi Vaihingen/Enz mungkin hanya merupakan sebuah “tempat dari masa lalu”, tetapi tempat-tempat semacam ini justru bisa menjadi “tempat pengingat” atau bahkan dapat menjadi “tempat pemikiran yang bedampak terhadap memori jangka panjang kami”. Maskudnya adalah setelah siswa melakukan kunjungan studi ke tempat seperti ini, siswa diharapkan mampu mendiskusikan nilai-nilai yang dapat diterima di masyarakat sebagai dasar untuk hidup bersama dalam masyarakat. Siswa juga diharapkan mampu berfikir kritis dan berempati melalui peristiwa sejarah yang terjadi.