Tuesday, February 12, 2013

Learning History In Germany by Wintarsih

Melihat Pembelajaran Sejarah di Jerman (3): Sulitnya menjadi guru di Jerman

Bagaimana para calon guru di cetak di Jerman? Apa saja syarat yang diperlukan untuk menjadi guru disana? Berapa lama mereka menempuh pendidikan untuk menjadi guru?
Ketiga universitas yang akan kami kunjungi adalah universitas pendidikan, yaitu Universität Augsburg, Pädagogische Hochschule (PH) Ludwigsburg, dan Pädagogische Hochschule (PH) Heidelberg. Pädagogische Hochschule (PH) merupakan jenis pendidikan tinggi semacam Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) di Indonesia yang bertujuan untuk menghasilkan guru-guru terutama untuk tingkat Sekolah Dasar ( Primary Education ) dan Sekolah Menengah ( Secondary Education). Pada saat ini di Republik Federal Jerman setidaknya terdapat 11 jenis pendidikan tinggi seperti ini. Namun dibeberapa negara bagian di Jerman seperti Bayern, Berlin, Bremen, Hamburg, Hessen, Niedersachsen, Nordrhein-Westfalen dan Saarland pendidikan guru secara khusus ini telah dihapuskan, karena para guru akhirnya hanya dididik di Universität. Hanya beberapa universitas yang masih diberikan kewenangan untuk memberikan Diplom bidang pendidikan (Diplom Päd) dan Doktor der Erzeihungswissenschaften (Dr. Päd) atau Doktor der Philosophie (Dr. Phil) terutama dalam bidang pendidikan dan metodologi pengajaran, diantaranya adalah PH di Baden-Wurttemberg, Rheinland-Pfalz dan Schleswing-Holstein.
Dalam kesepakatan Maastrich 1992, semua negara Uni Eropa harus mengakui kesamaan gelar dan keprofesian yang diberikan oleh Universitas maupun lembaga profesi di negara-negara yang tergabung dalam Uni Eropa. Kesepakatan itu diperbaharui melalui Kesepakatan Bologna tahun 1999, dimana semua negara Uni Eropa sepakat menyesuaikan sistem pendidikan antar negara-negara dikawasan Uni Eropa. Salah satu isi dari Kesepakatan Bologna 1999 tersebut adalah semua negara Uni Eropa akan mengkonversi sistem pendidikan tingginya menjadi tiga jenjang Bachelor-Master-Doktor. Bachelor merupakan gelar kesarjanaan pertama yang diberikan oleh Universitas, dimana pemilik gelar tersebut diyakini telah siap memasuki dunia kerja dengan masa studi 3-4 tahun. Sedangkan Master adalah program pendidikan lanjutan setelah Bachelor dengan masa studi selama 2 tahun. Saat ini di hampir semua universitas di Jerman memiliki jenjang Bachelor-Master.

Jika ingin menjadi seorang guru di Jerman pertama harus lulus ujian Abitur (ujian akhir yang paling sulit di sekolah Jerman). Abitur yang berasal dari bahasa Latin Abire berarti meninggalkan, adalah ujian akhir yang harus dilalui saat menyelesaikan sekolah menengah. Selain di Jerman, beberapa negera seperti Finlandia dan Estonia juga memberlakukan Abitur sebagai ujian akhir di sekolah. Abitur dilakukan pada tingkat kelas 12 atau 13. Umumnya siswa di Jerman akan mendapatkan sertifikat The Zeugnis der Allgemeinen Hochschulreife atau disebut juga Abiturzeugnis saat siswa lulus dalam ujian akhir. Jika telah memiliki sertifikat ini, memungkinkan siswa untuk mendaftar di universitas. Sertifikat ini biasanya diakui di negara-negara Uni Eropa, jadi bukan hal yang tidak mungkin siswa yang melamar di universitas adalah dari negara-negara lain. Jikapun tidak memiliki sertifikat tersebut, maka siswa harus mengikuti sekolah kembali untuk mendapatkan ijasah kesetaraan. Berbeda dengan Indonesia yang menerapkan ujian bersama masuk perguruan tinggi negeri. Siswa di sana boleh melamar langsung ke universitas, dan universitas akan langsung memutuskan berdasarkan nilai Abitur yang diraihnya. Kualitas pendidikan di Jerman yang hampir rata diseluruh negara bagian, membuat hal tersebut mungkin untuk dilakukan. Bahkan untuk menjamin kualitas pendidikan yang merata, setiap anak wajib masuk ke sekolah terdekat. Jikapun siswa memilih untuk belajar di sekolah lain, maka harus ada pengajuan permintaan khusus yang disertai dengan alasan-alasan mengapa memilih sekolah tersebut. Guna mendukung kualitas pendidikan, pemerintah Jerman menjaga kualitas pendidikan para calon guru di universitas agar guru yang dihasilkan memiliki standar kualitas yang sama.

Setelah diterima di universitas pendidikan yang dilamar oleh calon mahasiswa. Ia boleh memilih dua sampai tiga subyek bidang studi yang diinginkan untuk mengajar di masa depan. Selain mempelajari mata kuliah dari subyek yang dipilih, mahasiswa pendidikan juga mendapatkan mata kuliah didaktik dan pedagogi. Bagi mahasiswa yang memilih dua subyek bidang studi, harus menempuh pendidikan antara 4,5 tahun sampai 5,5 tahun. Jika memilih tiga subyek bidang studi, maka harus menambah satu tahun masa studi. Studi biasanya diakhiri dengan suatu ujian negara (Staatsexamen), dimana mereka diharuskan membuat semacam tesis yang disebut Staatsexamen – Arbeit di universitas masing-masing. Ujian Negara Pertama tersebut mencakup tesis akhir, serta ujian tertulis dan lisan dari teori subyek studi pendidikan dan didaktik. Selama masa studi, mereka juga harus menyelesaikan tiga bulan kerja praktek di sekolah. Setelah menyelesaikan ujian pertama, maka mahasiswa akan bekerja sebagai guru selama 2 tahun dengan dibimbing seorang guru senior. Setelah menyelesaikan praktek mengajarnya disekolah, selanjutnya ia bisa mengambil ujian kedua untuk menjadi guru dimasing-masing sekolah tempatnya melakukan praktek mengajar. Hal ini disebut Referendariat dan berakhir dengan State Examination Kedua. Selama fase ini calon guru diberi gaji layaknya peserta pelatihan. Adapun struktur pelatihan guru yang diselenggarakan pelaksanaanya bervariasi dimasing-masing Länder. Masing-masing Länder memiliki tanggung jawab berbeda untuk pendidikan guru. Setelah lulus dari ujian kedua, baru kita benar-benar dinyatakan sebagai guru secara resmi.

Sulit dan lamanya menjadi guru di Jerman bukan tidak mungkin adalah semata untuk menjaga kualitas dari pendidikan di Jerman itu sendiri. Seperti yang kita ketahui, guru merupakan ujung tombak dari kualitas pendidikan suatu negara. Sehingga kualitas yang dihasilkan bergantung pada kualitas guru itu sendiri. Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari sistem pendidikan di Jerman. Upaya untuk memberikan kualitas pendidikan yang merata di seluruh negara bagian melalui pemerataan kualitas, fasilitas, dan sistem di masing-masing sekolah perlu juga menjadi perhatian pendidikan di Indonesia. Melalui pendidikan yang merata di wilayah-wilayah Indonesia tentu akan memberikan peningkatan kualitas pendidikan manusianya sendiri yang berdampak bagi kualitas hidup masyarakatnya. Konsistensi Jerman untuk menjaga kualitas pendidikannya dengan cara memberikan perhatian tinggi mulai dari sistem pendidikan dasar dan menengah. Bukan tidak mungkin merekalah yang akan menjadi guru, dokter, insinyur, ataupun profesi lainnya yang akan membangun Jerman kelak. Sehingga perhatian besar Jerman terhadap kualitas pendidikannya akan berdampak bagi kualitas sumber daya manusia yang akan dihasilkan

No comments: