Thursday, January 31, 2013

A Short Story In Germay : Heidelberg Part 3



Day 8 (Wednesday, 14 November 2012)

“I was never in love with someone else, I never have somebody waiting on me and you are all of my dreams come true. And I just wish you knew, I was so in love with you ..”
(Owl City – Enchanted)

     Suasana pagi yang tidak pernah ramah menyambut kamu, dingin..dingin sama seperti suasana hati yang dingin  kips !! hari ini kami check out dari Youth Hostel Heidelberg, setelah selesai membereskan kamar dan membawa barang bawaan kami ke lobby ternyata ada yang terlupakan ingat loh ini hotel pelajar jadi segala sesuatunya harus mandiri. Salah satunya kita harus membawa seprai, selimbut dan handuk ke box container yang sudah disiapkan nantinya box itu akan di bawa ke tempat pencucian. Itulah bedanya kita menginap di hotel pelajar dengan hotel yang berbintang, setelah sarapan dan mengecek segala persiapan kami berangkat dengan menggunakan bus menuju Ludwigsburg. Hmmm rasanya berat sekali dan sangat sebentar stay di Heidelberg seddiiihhh … sebelum menuju Ludwigsburg kami pergi mengunjungi sebuah Schools di Schwetzingen dan kita di pandu langsung oleh Prof. Seidenfuss tenyata dia sudah sehat sekarang padahal cuaca kali ini sangat dingin sekali di banding kemarin. Schools yang satu ini sangat indah sekali dan memiliki taman yag sangat luas, banyak hal yang kami temukan di Schools ini diantaranya masjid, taman yang indah dan beberapa tumbuhan tropis. 

Schwetzingen Palace
Spottfigur
      A knightly water palace in Schwetzingen is documented for the first time in 1350. It consisted of a small complex with a keep surrounded by a wall on an island in the Leimbach river. The owners, the Schomberg family, had made the palace available to the palgrave Ruprecht.
His successors methodically purchased property in Schwetzingen and enlarged the area with a garden, which was later to become the point of origin of the large park. Over the subsequent centuries the palace served the Palatinate Court as a hunting seat.

Plan Breunig, 1711
       In the Thirty Years' War the palace, which was further expanded under Elector Ludwig V von der Pfalz (1508-1544), was devastated and rebuilt. In 1689 this palace also went up in flames in the Palatinate-Orleans War. However, under Elector Johann Wilhelm it was quickly rebuilt again, being completed in 1701. From 1711 to 1713, with the addition of the "Communs-Bauten" (Communs Buildings) toward the town, the palace was given the character of a more modern three-wing complex around a court of honor.
In the years that followed the garden was also redesigned under Elector Carl Philipp (1661-1742) and closed in a broad semicircle with an Orangery in 1718. Despite this, the Elector soon neglected the electoral summer residence in favor of his ambitious palace project in Mannheim.

Nördliches Zirkelhaus
      It was Carl Theodor (1724-1799) who finally devoted himself to the palace again and launched into great building activity: As a replacement for the decayed Orangery he had the northern "Zirkelbau" (Quarter-Circle Building) of the palace added.
Schlosstheater
      A theater, which was built onto the northern "Zirkelbau", also found its place there. The southern "Zirkelbau" with rooms for social gatherings was constructed as a counterpart.
The simple, older palace building was retained, although new projects were repeatedly developed, e.g. a large star-shaped building in the center of the present garden parterre. Renown architects of the age, such as Pigage, Rabaliatti and Baltasar Neumann, contributed their suggestions, but none of these were ever realized.
However, the gardens experienced a large-scale redesign. The French-influenced garden complex resulted under the architect Nicolas de Pigage, and later under the garden architect Friedrich Ludwig Sckell the section of the garden inspired by English landscape gardens.

Badhaus
      Diverse architectural elements adorn and structure the garden. The best-known are certainly the luxurious "Badhaus" (Bath House) of the Elector and the Mosque.

      Prof.Seidenfuss menjadi guide kami selama lebih dari 1 jam, padahal sesudah itu beliau harus mengajar kembali ke kampus. Maka dari itu beliau pergi buru-buru, senang sekali rasanya bertemu dengan beliau sampai sekarang Prof.Seidenfuss masih berhubungan baik dengan kami. Kami mendapat souvenir sebuah peta dari Schools Shwetzingen yang luasnya sangat besar sekali begitu pula kami memberikan souvenir kepada Prof.Seidenfuss. setelah selesai mengunjungi Schwetzingen kami melanjutkan perjalanan ke Ludwigsburg sekitar 110 km, perjalanan kami diiringi dengan rintik-rintik hujan dan cuaca mendung. Memasuki kota Ludwigsburg lebih berwarna karena kita langsung disuguhkan pemandangan beberapa gedung tinggi di banding kota sebelumnya. Sedikit pemandangan alam yang kami temui, tempat yang pertama kami cari adalah City Hotel yang akan menjadi tempat penginapan kami. Dari luar hotel ini tampak seperti hotel tua tetapi setelah masuk ke dalam terutama ke dalam kamarnya sangat luar biasa, kamar yang sangat cantik dengan fasilitas yang wow… waktu kami tidak banyak untuk berleha-leha karena kami akan segera melanjutkan ke perjalanan kami selanjutnya yaitu berkunjung ke Ludwigsburg Palace. Sesampainya di Ludwigsburg Palace kami pun berpisah dan berpamitan bersama driver kami yang selama 3 hari sudah menemani perjalanan kami. Cusss !!!! 

      Hello, waw Istana yang Indah setelah di Schwetzingen sebelumnya, yaitu Ludwigsburg Palace. Duke Eberhard Ludwig von Wuerttemberg (1693 - 1733) when he was 27 years old, in 1704 laid the cornerstone in his forests 14 km to the north of Stuttgart for a hunting castle. This was the beginning of the impressive Baroque residence, the largest German castle grounds, completed by 1733, consisting of 18 buildings with in all 452 rooms in a 32 hectare large park. The building masters were Johann Friedrich Nette and Donato Guiseppe Frisoni. The Italian painter of frescos, Colomba, and the plasterers Carlone and Retti outdid themselves with the courtly splendor.

      In addition to the "old", the first Corps de Logis, the game pavilion, the hunting pavilion and the court chapel arose. In the axle of the Corps de Logis, at some distance as a point de vue, is the pleasure castle Favorite with its many towers. But only the construction of the new Corps de Logis in the twenties of the 18th century really made Ludwigsburg to the "Swabian Versailles". The Ludwigsburg palace grounds today are home to the porcelain factory founded in 1758, the garden show "Blooming Baroque" and serves as a venue for the castle festival.

      Sayang sekali di Schools ini kita tidak diizinkan untuk mendokumentasikan gambar di dalam ruangannya kecuali di luar istana. Beruntung sekali kami ditemani oleh seorang Guide yang sangat fasih sekali berbahasa Inggris dan menjelaskan secara detail satu persatu sejarah dari masing-masing ruangan yang ada di Istana tersebut. Satu demi persatu ruangan yang kami masuki ternyata memiliki fungsi masing-masing, semua arsitekturnya pun memiliki arti yang berbeda. Hal yang paling menarik adalah ketika kami diberi tahu petunjuk mengenai beberapa ruangan yang menjadi pintu rahasia antara ruang satu dengan ruang yang lain. Berada di tempat ini seolah-olah seperti ada di film yang sering aku tonton, sedikit merasa seperti Ratu dadakan saat itu hehehe. Waktu berkunjung kami memang tidak terasa berlalu dengan cepat dan ternyata kami sudah mengeliling hampir semua bagian Istana, setelah selesai dengan bagian dalam Istana kami tertarik untuk berjalan-jalan sedikit di halaman Istana tapi ternyata sayang waktu berkunjung sudah hampi habis sehingga Carin pun menyarankan agar kita berjalan-jalan menuju pusat kota. Sambil berjalan menikmati suasana baru di Kota Ludwigsburg yang menurutku baru ini yang dinamakan kota, karena banyak orang berlalu-lalang dimana-mana dan cukup banyak juga gedung-gedung tinggi seperti gedung perkantoran. Memasuki jalan-jalanan kota sama hal nya disini terdapat banyak restaurant, toko-toko dan perumahan. Carin memberikan kami waktu Free time untuk berjalan masing-masing sementara dia akan mempersiapkan beberapa kebutuhan untuk kegiatan besok di PH Ludwigsburg, kami memutuskan untuk makan malam bersama dimana kami pergi ke sebuah restaurant turki dan pastinya kalian tahu dong makanan khas turki yang sangat terkenal di Indonesia yuuuppp it’s KEBAB tapi disini beda karena kebanyakan mereka menyebutnya Doner dan memiliki varian yang bermacam-macam. Nah, dimulai dari sini kita sangat suka sekali salah satu jenis makanan yang sangat simple dan porsinya cuku THIS IS DONER KEBAB whahahha kangen sekali makanan ini. Makanan yang sangat sederhana berisi daging sapi dan kentang goreng yang hangat disajikan dalam satu box mini dan di shaking bersama bumbu-bumbu spicy hmm yummy, kalau di Augsburg makanan kita pizza, Heidelberg pommes, dan Ludwigsburg punya kenangan Doner Kebab hihihihi. 

      Alhamdulillah makan malam atau cemilan malam kali ini sudah sangat mengenyangkan, masih banyak waktu free yang kami punya untuk sekedar jalan-jalan tapi karena mengingat kami sudah sangat lelah dan capek akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke Hotel yang ternyta jaraknya sangat cukup cukup jauh HAH !!! “Walking Day” dengan bantuan sebuah peta kami mengikuti jalan-jalan dan banyak melewati rute, walaupun sempat bingung dan rasanya kaki sudah keram untungnya ada Guide kami Madito Papa Bear yang selalu cekatan untuk memberikan petunjuk,haduh sumpah deh itu jalan kaki paling lama untuk sampai ke hotel hah,,, rasanya waktu itu udah mau marah-marah dan kedinginan banget. Datang dari arah berlawanan masuk ke dalam hotel dan lari-larian untuk cepat masuk ke dalam kamar dan menghangatkan badan, suasana kamar yang terasa berbeda dimana kita bisa melihat pemandanga kota dari dalam kamar. Hotel yang satu ini memang paling the best deh, walaupun awalnya ragu ini hotel seperti apa tapi ternyata service nya itu mantap banget deh,, I wanna back to City Hotel :( !!

       Seperti biasa di malam pertama kami di Ludwigsburg mulai membongkar kembali barang bawaan kami yang terdahulu dan merapikannya semua, rasa kantuk yang tertahan karena ingin menonton saluran televisi dan online sepuasnya di hotel, sayangnya saat ini masih terlalu pagi untuk Indonesia dan masih terlalu sore di Jerman. Tapi setidaknya masih bisa terhibur dengan fasilitas Internet di hotel ini, untuk beberapa kalinya kami juga membuka dapur umum di hotel alias kita masak-masak juga hihihi namanya juga orang Indonesia pasti ngga bisa jauh makan dari nasi. Oleh karena itu ka sena ditugaskan untuk membawa si Little Cooker yang menjadi penyelamat kami, kami berkumpul bersama untuk sekedar sharing dan makan camilan bersama. Okee ini waktunya untuk beristirahat karena besok sepertinya akan menjadi hari yang padat juga di PH Ludwigsburg melihat sederetan orang yang harus kita temui dan beberapa kelas yang harus kita ikuti. Well, see ya !! Guten Nacht

“I love this place, but it's haunted without you. My tired heart is beating so slow our hearts sing this that we want it we want it. Our hearts sing 'cause we do not know..”

A Short Story In Germany : Heidelberg Part 2



Day 7 (Tuesday, 12 November 2012)

The flowing scenery makes me suddenly take a deep breath. Looking up at the sky’s horizon It’s that person’s voice? Oh god, I really miss you..”

       Selamat pagi, terdengar suara beberapa orang yang sedang sibuk di kamar mandi. Saat membuka kedua mata, melihat wintarsih yang sedang sholat subuh, segeralah aku bangun dengan mata yang rasanya masih berat dan mengantuk. Pagi ini terasa berbeda dengan hari-hari sebelumnya, entah karena kami grogim nervous dan sebagainya pukul 06:00 am kami sudah stand by rapih dan merasa cantik di kamar. Donna yang masih tekun dengan materi persentasinya dan kami yang mempersiapkan segala hal. Bertemu dengan teman-teman di restaurant hotel yang sudah siap memakain pakaian yang necis cielaahhhh… seperti biasa roti-roti yang manis mulai menggugah selera tapi hari ini aku rindu nasi goreng hiks. Di hotel yang kedua ini kami merasa muda dan bergairah hohoh yaaa bagaimana tidak karena kami bertemu dengan banyak kalangan anak muda yang sepertinya juga sedang melakukan perjalanan study. Suasana Heidelberg sangat mendukung sekali it’s sunny day ^^, untuk mencapai gedung tempat meeting point kami hari ini tidak perlu menggunakan Bus dan kami hanya cukup berjalan kaki menuju kesana tapi tidak seperti yang kami bayangkan sebelumnya ternyata cukup jauh dan hah !!! walking day .. walaupun masih pagi tapi dinginnya sampai menusuk badan ketika kami berjalan. Areal yang kami lewati masih termasuk wilayah kampus Heidelberg tapi bukan kampus utama melainkan seperti fakultas-fakultasnya.
      Visit the University of Education Heidelberg, meeting point at Technologiepark, Im Neuenheimer Feld 581 Ground Floor, Institute of Human and Social Science. Kita di sambut oleh Prof. Dr. Manfred Seidenfuss dan beberapa muridnya Alekander, Katherina dan Emili. Sayangnya hari ini Prof. Seidenfuss kurang sehat tetapi masih tetap semangat untuk mengajar dan kami pun mengikuti kelasnya hari ini. Sambil menunggu kelas kami di mulai kami berdiskusi dengan Alexander dan Katherina wahhh kedua siswa ini sangat mengagumkan sekali, dan mereka membawakan kami kue pie apple dan kue coklat yang di buat oleh mereka sendiri. Setelah kelas Prof.Seidenfuss sudah hampir di mulai kami dipersilahkan masuk untuk mengikuti kelasnya mungkin sekitar 30 menit, di kelas yang pertama kami masuk ke dalam materi kesadaran sejarah “Consciousness of history and historical culture : Central categories for teaching history” setelah kelas selesai kami kembali ke ruang diskusi bersama Alexandra dan Katherina sedikit membahas tentang kesadaran sejarah di Eropa. Masih ada waktu istitahat untuk menunggu kelas selanjutnya, seharusnya kami masuk di kelas Prof. Alavi karena beliau sedang sibuk kemudian digantikkan oleh asistennya. And you know !! ada cerita unik di sela-sela itu, for the first time melihat seseorang yang mirip banget sama si tampan actor transformer hihihi dan ternyata masuk kelas yang sama nanti. Wohooooo cuci mata sedikit, setelah kelas kedua di mulai dan kami pun mendapat bagian untuk persentasi di kelas ini yaaa sedikit mengenal kampus Universitas Negeri Jakarta dan Kesadaran Sejarah, persentasi kali ini di bawakan oleh Madito, Sena dan Donna. Hmm.. persentasi kami memang kurang dipahami oleh mereka karena mungkin ini sesuatu yang baru sekali untuk mereka, tetapi ada beberapa siswa yang antusias bertanya kepada kami. Uhlalala si actor transformer itu ternyata duduk di hampir disebelah kami,setelah persentasi kami selesai asisten dosen dari Prof.Alavi mengajak kami untuk berdiskusi yang membuat kami pecah menjadi 3 bagian. Saat itu aku tidak berpikir untuk masuk kelompok mana dan segera bergegas ingin pergi ke kamar kecil.
      Oh god !! masuk ke kelas kembali mereka sudah terbagi menjadi dua kelompok dan aku tidak tahu masuk ke kelompok yang mana. Akhirnya aku segera duduk saja di bagian kelompok sena karena disitu hanya ada sena dan ka sena yang sedang diskusi mengenai Periodisasi sejarah bersama siswa yang hmm lucu sekali tampaknya. Segera masuk ke dalam pembicaraan diskusi dan aku agak risih dengan siswa yang sedang mengobrol disampingku. Ketika aku tengok siapa yang tepat berada di belakangku, OMG ternya si actor transformer itu yang ternyata dari tadi berdiri di belakang ketika aku menengok dia ke belakang dia malah tersenyum tanpa rasa bersalah karena berisik dan duduk di sampingku setelah mengusir temannya yang sebelumnya duduk di sampingku. Rasanya sih nano-nano saat itu antara seneng sama jengkel, entah berawal dari apa pembicaraan kami tapi kita malah asik ngobrol deh jadinya, mulai dari berbicara tentang Indonesia, minat untuk menjadi guru, dan ternyata dia adalah teman dari pemain sepak bola Kim Jeffry Kurniawan wahahah mulai dari situ semangat banget dia mengobrol tentang bola yang sama sekali aku tidak mengerti. Lucunya ketika dia bilang kalau kim minggu depan akan ke Heidelberg bertemu dengan dia, terus masalah buat gue hiks hahha. Dia juga tanya berapa lama kami stay di Heidelberg dan di Jerman yaa aku jawab “this is our last day and tomorrow we have to move on to Ludwigsburg ..” belum sempat selesai dari situ baru sadar kalau aku belum tahu namanya siapa dan kita kenalan  “hey, i am Aleksandar Jovici” wahhh lucu dari tadi ngobrol baru kenalan pas mau terakhir diskusi selesai.
       Waktu diskusi sudah habis dan kita kembali ke posisi masing-masing dan Alex bilang “nice to talk with you ^^” sampai pada akhirnya saat kelas usai dan para siswa sudah mulai keluar kami berfoto bersama dan aku sempat bilang sama dia kalau dia mirip sama actor transformer dan dia tertawa dan mengucapkan salam perpisahan. Saat mengobrol tentang Kim Jeffry dia sempat memberi tahu tentang facebooknya, tapi sampai sekarang dia masih off tentang facebooknya yaahh ngga gaul banget sih Alek ini. Tapi hal yang mengejutkan ternyata di lebih muda dariku dan masih semester satu yaa ampun ternyata anak-anak yang tadi ikut di kelas Prof.Alavi ini masih semester 1 whaaaa. Cukup cerita tentang kisah lucu-lucuan di Heidelberg karena masih banyak nano-nano di cerita lainnya. Makan !! makan !! waktunya makan siang tapi ternyata kali ini kita kurang beruntung karena mensa sudah tutup whaaa… akhirnya kita hanya sedikit membeli cemilan dan minum soft drinks. Seperti harapan sebelumnya ini adalah hari yang cerah untuk kegiatan outdoor, kalau melihat di jadwal kegiatan DAAD kegiatan kami selanjutnya adalah meeting with members of the students council in the city centre tapi itu berubah karena kita akan menuju ke Philosophers Way bersama Alexandra dan Emiliy (berharap ketemu lagi Aleksandar yaaa hihihihi), untuk menuju Philosophers Way kami menggunakan bus dan berhenti di pertengahan kota. 

Philosophers 'Way (Philosophenweg)
      Sebuah jalan sederhana yang dahulunya merupakan kebun-kebun anggur di abad 17 dan 18 dan sekarang menjadi Jalan filsuf”. Perubahan nama dapat ditelusuri ternyata seorang profesor dari universitas Heidelberg menemukan jalan ini sebagai tempat yang menyenangkan di mana mereka bisa berbicara serius dan merenung sambil menikmati pemandangan menawan sungai Neckar. pemandangan kota terinspirasi juga dari penyair Eichendorff dan Hölderlin yang terkenal di dunia adalah Batu Eichendorff, sebuah prasasti batu pasir dengan perunggu dan Merian-Kanzel dari tahun 1620 Matthäus Merian yang kemudian diabadikan Heidelberg dalam ukiran yang indah. The Hölderlin-Anlage terdapat daerah di ujung timur Jalan Philosophers didedikasikan untuk Hölderlin penyair yang membayar upeti kepada ode ke Heidelberg dengan kata mutiara yang terkenal "lieb dich ich schon Lang ..." ('Panjang telah aku mencintaimu ...')
      Philosophers way merupakan jalan yang sangat panjang untuk menuju ke puncak bukit di atasnya, pemandangan di sekelilingnya sangat indah dan ketika sudah mencapai puncaknya semua rasa lelah dan letih itu terbayarkan dengan pemandangan kota Heidelberg dari bukit ini, sepanjang perjalanan Alexsandra menceritakan berbagai sejarah yang ada di Philosopher way ini dan diantaranya kami juga menemui beberapa monument orang-orang yang menjadi sejarah di Heidelberg mulai dari dulu sampai kota Heidelberg sampai saat ini. Beberapa tradisi masyarakat Kristen juga ada di gambarkan di philosopher way ini seperti hari raya paskah. Perjalanan yang menanjak menulusuri bukit Heidelberg ini menjadi kebalikkan jalan pulang kami yaitu jalan menuruni bukit dengan gang kecil yang penug dengan bebatuan yang cukup terjal. Sama saat kita mengunjungi kastil Heidelberg dimana kita juga menuruni jalan yang sama wohooo “it’s walking day again” tapi salut dengan kedua guide kita dan orang jerman lainnya yaa memang karena mereka sudah terbiasa jadinya tidak terlihat rasa lelah dan capeknya. Menuruni tangga philosophers way dan akhirnya kami sampai tepat di depan Old Bridge, bertemu kembali dengan Katherina dan menuju city centre. Sebelumnya kami memang pernah kesini bersama Mr.Kristian tetapi tidak menyebrangi Old Bridge, setelah menikmati pemandangan sungai Neckar dari jembatan Heidelberg ini kami mulai memasuki city centre namun sebelumnya masih ada tempat bersejarah yang tentunya belum lengkap kalau tidak kita datangi.

Friedrich Ebert Memorial
     Friedrich Ebert adalah anak seorang penjahit yang pada tahun 1920 menjadi presiden terpilih secara demokratis pertama Jerman. Museum ini adalah rumah tempat ia dibesarkan, tidak hanya hidup dan bekerja, tetapi juga sejarah gerakan kelas pekerja dan lingkungan politik selama abad ke-20 ke-19. Rumah di mana Friedrich Ebert, presiden pertama Republik Weimar, dibesarkan.
"Kehidupan dan Times of Friedrich Ebert".
      Presiden Ebert adalah kepala demokratis pertama Jerman dan salah satu politisi paling menonjol dalam sejarah Jerman. Dihadapkan dengan kondisi internal dan eksternal yang ekstrim, ia menyiapkan jalan bagi demokrasi parlementer, diawetkan persatuan nasional, dan membuat kontribusi penting untuk pembentukan sebuah republik sosial. Karena makna khusus bagi sejarah Jerman, presiden Friedrich-Ebert Memorial didirikan di Heidelberg, kota kelahirannya. Tujuannya adalah untuk melestarikan memorial Friedrich Ebert dan berkontribusi pada pemahaman sejarah Jerman selama hidupnya. Rumah di mana ia lahir yang terbuka untuk umum dan terdapat pameran permanen dari setiap bagian rumahnya. Tugas-tugas lain yayasan ini memelihara arsip, penelitian ilmiah, dan segala jenis acara seperti pameran khusus, kongres, seminar, kuliah dan proyek sekolah.
        Setelah mengunjungi Museum Friederich Ebert kami melanjutkan perjalanan kami ke pusat kota untuk makan malam bersama di sebuah rumah makan turki yaitu rumah makan sahara “yuppm kita makan kebab lagi dan bukan kebab biasa hmm, tiba-tiba jadi pengen makan pommes” akhir dari perjalanan kami hari ini bersama Aleksandra dan Katherina di restaurant kebab ini setelah itu kita akan kembali ke hotel. Sebelum kembali ke hotel kami mampir terlebih dahulu ke super market dan ternyata waktu yang diberikan jika akan membeli sesuatu sangatlah sebentar, aku dan wintarsih berniat membeli pommes terlebih dahulu tapi karena kelamaan dan kami juga sempat bertemu kembali dengan Aleksandra dan Katherina serta mengobrol sebentar kami tertinggal oleh rombongan kami. PANIC AT HEIDELBERG ??? NO !!! ternyata tidak juga hal yang pertama kami lakukan adalah mencoba untuk menelpon Carin tetapi sama sekali tidak bisa tersambungkan untuk menelpon Carin, kedua kembali ke tempat pemberhentian bus yang kemarin kami datangi tapi tidak bertemu juga, dan ketiga pulang sendiri dengan menggunakan public transportation. Akhirnya sambil kembali menelusuri pertokoan di Heidelberg kami memutuskan akan meminjam telepon dan membayarnya, tapi pemilik toko souvenir natal ini berbaik hati menolong kami untuk menelepon Carin dan memberi tahu keberadaan kami bahwa kami tertinggal. Ketika Carin ingin berbicara dengan salah satu dari kami, akhirnya win yang berbicara dengan Carin terdengan suara Carin yang sepertinya kesal dia hanya berpesan setelah sampainya kami di Hostel kami harus menghadap Carin dan Ibu Nia terlebih dahulu.
       Alhamdulillah, ternyata masih ada orang Jerman yang baik dan menolong kami. Nona yang satu ini berbaik hati akan mengantarkan kami ke shuttle bus setelah dia menutup tokonya terlebih dahulu. Kami pun mengucapkan terimakasih kepada pemilik toko dan penjaganya, ketika akan membayar mereka menolak dan hanya ingin membantu ^^. Saat perjalanan menuju shuttle bus, kami mengobrol dengannya ternyata dia juga seorang mahasiswi yang bekerja di toko tersebut bisa di bilang kerja sampingan dan dia juga tahu banyak tentang Indonesia. Setelah sampai di shuttle bus ternyata dia kembali ke pusat kota dan rumahnya disana, jadi dia jauh-jauh mengantarkan kami memang benar-benar untuk membantu wahhh baiknya. Sebenarnya kami juga kebingungan ketika naik tram , tapi dengan bantuan 2 orang ibu yang ternyata menginap di hostel yang sama dengan kami membantu kami. Whaaaa Alhamdulillah lagi, mereka 2 orang ibu yang sedang berlibur juga di Heidelberg. Setelah sampainya di hostel kami pergi ke kamar dan sedikit disambut muka jutek oleh beberapa teman kami, tapi sebelum kami menjelaskan semua yang terjadi terlebih dahulu kami harus menghadap ke Carin dan Ibu Nia. Setelah bertemu dengan Carin kami meminta maaf dan menjelaskan semuanya, Carin menjawabnya dengan baik dan hanya mengingatkan kalau kita harus tepat waktu dan sangat khawatir jika sesuatu terjadi dengan kita. Setelah bertemu dengan Carin kami juga bertemu dengan ibu Nia dan menjelaskan semuanya, Ibu Nia juga menerimanya dan mengingatkan kami untuk lebih berhati-hati.
        Dari kejadian “Lost in Heidelberg” kami belajar bagaimana caranya untuk sedikit survive di negera orang hihihi, kami belajar bagaimana caranya untuk berkomunikasi dengan orang lain. Saatnya packing hari ini, besok kami harus meninggalkan Heidelberg hmm sangat menarik menginap di Youth Hostel karena semuanya serba mandiri. Terlepas dari berbagai macam kejadian yang manis asem asin tapi rame rasanya. Saling mengenal satu sama lain dan mengerti beberapa macam karakter orang-orang. Terimakasih tuhan karena telah memberikan kesempatan aku untuk merasakan semua hal ini, sedikit sedih ketika mengingat beberapa orang yang mungkin seharusnya ada bersamaku saat ini dan aku sangat merindukan mereka.

“This night is sparkling, don’t you let it go I’m wonder-struck, blushing all the way home I’ll stand forever wondering if you knew. This night is flawless, don’t you let it go I’m wonder-struck, dancing around all alone I’ll stand forever wondering if you know I was enchanted to meet you..”
(Taylor Swift - Enchanted)

A Short Story In Germany : Heidelberg Part 1



Day 6 (Monday, 12 November 2012)
“When i woke up due to the late afternoon sun i laughed. It’s still my far future but i hoped it wasn't my dream then just one love, I hope the road we walk on is the same. Good morning your morning call that wakes me up every day, It feels like the morning we share together.. “

     Suara alarm handphone siapa yang berbunyi terlebih dahulu ? diantara kami berempat wintarsih yang bangun terlebih dahulu, ketika kedua mataku masih berat dan melihat kak win sedang sholat subuh akhirnya aku pun bangun dan ikut sholat. Pagi itu sangat dingin sekali sehingga win yang sudah rapih pun masih sempat masuk ke dalam selimut untuk menghangatkan diri, satu kamar berempat memang terasa mengasyikkan karena merasa lebih ramai dan seru melihat mereka yang sibuk masing-masing untuk bersiap-siap. Hari ini kita berempat sedikit terlihat kece hahaha, turun ke mensa untuk sarapan pagi “morning ..!!” kami saling sapa ketika bertemu satu sama lain, sarapan kita pagi ini tidak berbeda dengan sebelumnya.. Halo !!! roti-roti yang menggugah selera jika kamu hangat, yup mengambil porsi dengan secukupnya atau mau bawa bekal juga boleh xixixi (sedikit rindu dengan coklat hangat dan roti gandum disana) dan menu paling favorit buatku adalah Yogurt dan buah-buahan segar yuuummmyyy (untuk pertama kalinya di tempat ini kami makan melayani diri sendiri, kalau kata lagu dangdut “ makan ambil sendiri, cuci piring sendiri, bersihin meja makan sendiri whahahha). Setelah sarapan pagi kami selesai, kami berkumpul di lobby untuk briefing terlebih dahulu sambil menunggu beberapa teman kami yang sedang bersiap-siap dan kita berangkat menuju kampus dengan menggunakan bus karena tempat yang satu ini lumayan cukup jauh dan bisa di bilang kampus lama dari PH Heidelberg.
Visit to the University of Education Heidelberg (Paedagogische Hochschule Heidelberg)
  • Persentation about Teacher training in Germany
  • Universities of Education in Baden Wurttemberg
  • University have 4340 students on 2012
  • International partners and programs
  • Grant and Exchange programs such as DAAD
  • Faculties and Subject
How to become a history teacher in Heidelberg by Prof. Alavi
  • Initial Teacher Training
    • Primary, Gymnasium and Secondary School
  • Main Differences
    • University of Education
    • Heidelberg University
  • History Education
    • Competences : knowledge of theory and research in historical sciences to work with historical sources to know that history is a construction.
    • “Historical Consciousness”
    • Focussed on historical thinking and acting as a responsible person in the society
    • How to make history lesson fun
    • Linked together (knowledge, subject didactic, method and practical experiences)
    • Seminar
    • One semester school practice
    • Examination
     Mengunjungi kampus lama dari PH Heidelberg yang letaknya ternyata letaknya berada di tengah-tengah perumahan penduduk. Kampus ini memiliki arsitektur gedung yang sangat indah, pertama kali masuk ke dalam ruangannya pun sangat terasa berada di dalam gedung kuno. Di PH Heidelberg kami bertemu dengan International Office yang diwakili oleh Prof. Dr. Anne Sliwka, Prorector for Research Internationalisation and Diversity serta Ms.Henrike Schoen sebagai Head of the International Office and Prof.Bettina Alavi Lecturer and Dean of the Faculty of Natural Human and Social Science. Dalam kunjungan kami ke kampus ini dimulai dengan kegiatan pengenalan system pendidikan dan pelatihan guru yang ada di PH Heidelberg, dan ada satu berita yang sangat mengejutkan ternyata PH Heidelberg sudah pernah bekerja sama dengan Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung mengenai pelatihan guru yang masih berlangsung sampai saat ini. Wahhh ternyata UNJ keduluan !! setelah menghadiri sambutan dan pengenalan kampus oleh International Office kami di ajak berkeliling untuk mengenal beberapa gedung di sekitar kampus salah satu diantaranya adalah Perpustakaan. Dari luar gedung ini tidak tampak seperti perpustakaan tapi ternyata setelah masuk sungguh luar biasa tata letak dan ruang perpustakaan ini, seperti biasa orang-orang melakukan segala sesuatunya secara mandiri bahkan untuk menyimpan barang bawaan yang di bawa sebelum masuk ke dalam perpustakaan mereka meninggalkan tasnya diluar begitu saja. Buku-buku yang ada di perpustakaan ini layaknya seperti yang ada di perpustakaan Indonesia di susun berdasarkan jenis buku tapi banyak hal yang berbeda pula seperti bagaimana cara meminjam buku, mengkopi buku dan menscanning buku, dan semua itu dilakukan dengan dukungan mesin-mesin canggih yang berteknologi tinggi.
       Setelah mengikuti tur kecil di perpustakaan PH Heidelberg kita kembali ke kampus utama dan di undang makan siang bersama di Mensa kampus utama bersama Prof.Dr.Anne, mensa yang ada di PH Heidelberg ini memang sangat jauh berbeda dengan yang ada di Augsburg karena mensa ini bisa dibilang seperti kantin fakultas bukan kantin utama. Suasana di kantin ini terlihat cukup ramai dan ternyata kita sudah disiapkan tempat yang khusus untuk tamu mahasiwa dari Indonesia, setelah kita memesan makanan dan duduk bersama kita sedikit berbincang bersama siswa lain dan juga Prof.Anne. Selain kedatangan tamu dari Mahasiswa Indonesia ternyata PH Heidelberg juga menerima tamu mahasiswa dari Belanda wow… ada sedikit chemistry gimana gitu hehehehe, tapi kita tidak sempat berinteraksi dengan mereka dan melakukan kegiatannya masing-masing. Akhirnya kegiatan kita berakhir di kampus utama ini dan kembali melanjutkan kegiatan outdoor, kita menuju City Center dengan menikmati pemandangan yang indah dari sungai Neckar (Neckarmuenzplatz).
      Pemandangan sungai Neckar yang begitu indah serta barisan bukit yang memanjang di dominasi warna orange dan kuning, rumah-rumah dan toko-toko penduduk yang sangat unik dan memiliki arsitektur yang sangat indah. Guided tour of Heidelberg Castle and the History City Centre with Mr.Kristian Willenbacher, selama 2,5 jam kita di pandu dengan tour guide kita Mr.Kristian yang akan mengantar kita ke Heidelberg Castle dan City Centre. So, Ladies and gentleman this is our tour !!! OMG cara tor guide kita untuk menjelaskann semua objek yang kite temui sangat menarik dan itu tidak akan pernah terlupakan dan menjadi kenang-kenangan selama itu (SO…. BUT..) dari kejauhan sudah terlihat bangunan castle yang sangat indah dan itu sangat-sangatlah jauh dari jarak kami berdiri saat ini, tapi ternyata seiring dengan majunya teknologi transportasi saat ini sudah ada bahn atau kereta cepat yang menjadi jalur alternative untuk mencapai castle, untuk menaiki bahn itu tentunya tidak gratis lohh. Akhirnya kita sampai di puncak Heidelberg Castle wuhuuuu… kali ini pemandangannya berbanding terbalik dimana kami bisa melihat pemandangan city centre dan sungai Neckar yang indah. Tempat ini memiliki sejarah yang berhubungan dengan  kota Heidelberg sendiri dimana bagian pertamanya kastil ini dibagun sekitar tahun 1300 sebelum Pangeran Elector Ruprecht III menjadikan kastil ini sebagai tempat peristirahatannya (1398-1410). Tahun 1764 kastil ini hancur dan seperti kelihatannya saat ini memang hanya telrihat reruntuhannya yang bagian depannya masih utuh tapi di belakangnya sama sekali tidak ada bangunan di dalammnya kecuali bangunan di bawah tanah. Di tahun 1800 di bawah Charles de Graimbeg yang memulai pemeliharaan untuk kastil ini sebagai bangunan bersejarah walaupun sampai saat ini masih terlihat banyak kostruksi yang sedang dikerjakan tapi bukan untuk membangun kembali tetapi sebagai perawatan bangunan tersebut. Di tempat ini kami banyak bertemu dengan tourist Asia yang datang dari korea, jepang bahkan ada juga dari Indonesia. Setelah dari Heidelberg Castle kami menuju city centre dimana banyak terdapat bangunan bersejarah di sana salah satunya adalah Cathedral, City Hall, Museum University of Heidelberg, Museum student prison dan toko-toko bersejarah lainnya. Waktu kunjungan kami bersama Mr.Kristian berakhir di pusat kota Heidelberg dan we say good bye and thank you so much to him.
        Free time in the evening, kami diberikan waktu bebas untuk berjalan-jalan tau berbelanja di sekitar pusat kota Heidelberg. Pertokoan yang ada di pusat kota ini jauh dari kesan modern dan sangat tradisional dibandingkan dengan Augsburg, kota ini memang salah satu kota wisata yang sangat menjaga tradisi khas dari sejarahnya, seperti biasa kami menjadi beberapa kelompok untuk pergi berkeliling dan kembali berkumpul sekitar jam 06:00 pm. Aku pergi bersama ula, febry, sena, bu nia berkeliling ke beberapa toko tradisional untuk membeli souvenir dan kembali ke toko-toko dekat cathedral dimana banyak di buka stand souvenir. Menelusuri pertokoan satu-satu dan ternyata kami pun saling berpapasan dengan teman-teman yang lain, wahhh jauh darp perkiraan sebelumnya ternyata jika kita berjalan terus menelusuri pertokoan ke arah pusat halte tram disitu banyak toko-toko seperti factory outlet hikss sayangnya waktu kami terlalu sempit untuk menuju kesana dan kami harus kembali ke tempat meeting point kami selanjutya. Setelah semua berkumpul, kami kembali ke hotel dengan menggunakan bus dan beristirahat di hostel.whaa .. hari ini kamar terasa dingin sekali menemani donna yang sedang mempersiapkan materi persentasi besok di PH Heidelberg, tapi ternyata dia akhirnya tumbang juga dan aku melanjutkan tugas dia untuk mengedit materi persentasi. Semoga besok kegiatan kami di fakultas PH Heidelberg lancar dan tidak ada kasulitan apapun. Amiieennn mari tidur ^^
Even if you leave me far away, if I close my eyes, your heart will be near All my love is for you. Nothing left to lose because I know the meaning and strength of your love more than anybody else..”