Thursday, January 31, 2013

A Short Story In Germay : Heidelberg Part 3



Day 8 (Wednesday, 14 November 2012)

“I was never in love with someone else, I never have somebody waiting on me and you are all of my dreams come true. And I just wish you knew, I was so in love with you ..”
(Owl City – Enchanted)

     Suasana pagi yang tidak pernah ramah menyambut kamu, dingin..dingin sama seperti suasana hati yang dingin  kips !! hari ini kami check out dari Youth Hostel Heidelberg, setelah selesai membereskan kamar dan membawa barang bawaan kami ke lobby ternyata ada yang terlupakan ingat loh ini hotel pelajar jadi segala sesuatunya harus mandiri. Salah satunya kita harus membawa seprai, selimbut dan handuk ke box container yang sudah disiapkan nantinya box itu akan di bawa ke tempat pencucian. Itulah bedanya kita menginap di hotel pelajar dengan hotel yang berbintang, setelah sarapan dan mengecek segala persiapan kami berangkat dengan menggunakan bus menuju Ludwigsburg. Hmmm rasanya berat sekali dan sangat sebentar stay di Heidelberg seddiiihhh … sebelum menuju Ludwigsburg kami pergi mengunjungi sebuah Schools di Schwetzingen dan kita di pandu langsung oleh Prof. Seidenfuss tenyata dia sudah sehat sekarang padahal cuaca kali ini sangat dingin sekali di banding kemarin. Schools yang satu ini sangat indah sekali dan memiliki taman yag sangat luas, banyak hal yang kami temukan di Schools ini diantaranya masjid, taman yang indah dan beberapa tumbuhan tropis. 

Schwetzingen Palace
Spottfigur
      A knightly water palace in Schwetzingen is documented for the first time in 1350. It consisted of a small complex with a keep surrounded by a wall on an island in the Leimbach river. The owners, the Schomberg family, had made the palace available to the palgrave Ruprecht.
His successors methodically purchased property in Schwetzingen and enlarged the area with a garden, which was later to become the point of origin of the large park. Over the subsequent centuries the palace served the Palatinate Court as a hunting seat.

Plan Breunig, 1711
       In the Thirty Years' War the palace, which was further expanded under Elector Ludwig V von der Pfalz (1508-1544), was devastated and rebuilt. In 1689 this palace also went up in flames in the Palatinate-Orleans War. However, under Elector Johann Wilhelm it was quickly rebuilt again, being completed in 1701. From 1711 to 1713, with the addition of the "Communs-Bauten" (Communs Buildings) toward the town, the palace was given the character of a more modern three-wing complex around a court of honor.
In the years that followed the garden was also redesigned under Elector Carl Philipp (1661-1742) and closed in a broad semicircle with an Orangery in 1718. Despite this, the Elector soon neglected the electoral summer residence in favor of his ambitious palace project in Mannheim.

Nördliches Zirkelhaus
      It was Carl Theodor (1724-1799) who finally devoted himself to the palace again and launched into great building activity: As a replacement for the decayed Orangery he had the northern "Zirkelbau" (Quarter-Circle Building) of the palace added.
Schlosstheater
      A theater, which was built onto the northern "Zirkelbau", also found its place there. The southern "Zirkelbau" with rooms for social gatherings was constructed as a counterpart.
The simple, older palace building was retained, although new projects were repeatedly developed, e.g. a large star-shaped building in the center of the present garden parterre. Renown architects of the age, such as Pigage, Rabaliatti and Baltasar Neumann, contributed their suggestions, but none of these were ever realized.
However, the gardens experienced a large-scale redesign. The French-influenced garden complex resulted under the architect Nicolas de Pigage, and later under the garden architect Friedrich Ludwig Sckell the section of the garden inspired by English landscape gardens.

Badhaus
      Diverse architectural elements adorn and structure the garden. The best-known are certainly the luxurious "Badhaus" (Bath House) of the Elector and the Mosque.

      Prof.Seidenfuss menjadi guide kami selama lebih dari 1 jam, padahal sesudah itu beliau harus mengajar kembali ke kampus. Maka dari itu beliau pergi buru-buru, senang sekali rasanya bertemu dengan beliau sampai sekarang Prof.Seidenfuss masih berhubungan baik dengan kami. Kami mendapat souvenir sebuah peta dari Schools Shwetzingen yang luasnya sangat besar sekali begitu pula kami memberikan souvenir kepada Prof.Seidenfuss. setelah selesai mengunjungi Schwetzingen kami melanjutkan perjalanan ke Ludwigsburg sekitar 110 km, perjalanan kami diiringi dengan rintik-rintik hujan dan cuaca mendung. Memasuki kota Ludwigsburg lebih berwarna karena kita langsung disuguhkan pemandangan beberapa gedung tinggi di banding kota sebelumnya. Sedikit pemandangan alam yang kami temui, tempat yang pertama kami cari adalah City Hotel yang akan menjadi tempat penginapan kami. Dari luar hotel ini tampak seperti hotel tua tetapi setelah masuk ke dalam terutama ke dalam kamarnya sangat luar biasa, kamar yang sangat cantik dengan fasilitas yang wow… waktu kami tidak banyak untuk berleha-leha karena kami akan segera melanjutkan ke perjalanan kami selanjutnya yaitu berkunjung ke Ludwigsburg Palace. Sesampainya di Ludwigsburg Palace kami pun berpisah dan berpamitan bersama driver kami yang selama 3 hari sudah menemani perjalanan kami. Cusss !!!! 

      Hello, waw Istana yang Indah setelah di Schwetzingen sebelumnya, yaitu Ludwigsburg Palace. Duke Eberhard Ludwig von Wuerttemberg (1693 - 1733) when he was 27 years old, in 1704 laid the cornerstone in his forests 14 km to the north of Stuttgart for a hunting castle. This was the beginning of the impressive Baroque residence, the largest German castle grounds, completed by 1733, consisting of 18 buildings with in all 452 rooms in a 32 hectare large park. The building masters were Johann Friedrich Nette and Donato Guiseppe Frisoni. The Italian painter of frescos, Colomba, and the plasterers Carlone and Retti outdid themselves with the courtly splendor.

      In addition to the "old", the first Corps de Logis, the game pavilion, the hunting pavilion and the court chapel arose. In the axle of the Corps de Logis, at some distance as a point de vue, is the pleasure castle Favorite with its many towers. But only the construction of the new Corps de Logis in the twenties of the 18th century really made Ludwigsburg to the "Swabian Versailles". The Ludwigsburg palace grounds today are home to the porcelain factory founded in 1758, the garden show "Blooming Baroque" and serves as a venue for the castle festival.

      Sayang sekali di Schools ini kita tidak diizinkan untuk mendokumentasikan gambar di dalam ruangannya kecuali di luar istana. Beruntung sekali kami ditemani oleh seorang Guide yang sangat fasih sekali berbahasa Inggris dan menjelaskan secara detail satu persatu sejarah dari masing-masing ruangan yang ada di Istana tersebut. Satu demi persatu ruangan yang kami masuki ternyata memiliki fungsi masing-masing, semua arsitekturnya pun memiliki arti yang berbeda. Hal yang paling menarik adalah ketika kami diberi tahu petunjuk mengenai beberapa ruangan yang menjadi pintu rahasia antara ruang satu dengan ruang yang lain. Berada di tempat ini seolah-olah seperti ada di film yang sering aku tonton, sedikit merasa seperti Ratu dadakan saat itu hehehe. Waktu berkunjung kami memang tidak terasa berlalu dengan cepat dan ternyata kami sudah mengeliling hampir semua bagian Istana, setelah selesai dengan bagian dalam Istana kami tertarik untuk berjalan-jalan sedikit di halaman Istana tapi ternyata sayang waktu berkunjung sudah hampi habis sehingga Carin pun menyarankan agar kita berjalan-jalan menuju pusat kota. Sambil berjalan menikmati suasana baru di Kota Ludwigsburg yang menurutku baru ini yang dinamakan kota, karena banyak orang berlalu-lalang dimana-mana dan cukup banyak juga gedung-gedung tinggi seperti gedung perkantoran. Memasuki jalan-jalanan kota sama hal nya disini terdapat banyak restaurant, toko-toko dan perumahan. Carin memberikan kami waktu Free time untuk berjalan masing-masing sementara dia akan mempersiapkan beberapa kebutuhan untuk kegiatan besok di PH Ludwigsburg, kami memutuskan untuk makan malam bersama dimana kami pergi ke sebuah restaurant turki dan pastinya kalian tahu dong makanan khas turki yang sangat terkenal di Indonesia yuuuppp it’s KEBAB tapi disini beda karena kebanyakan mereka menyebutnya Doner dan memiliki varian yang bermacam-macam. Nah, dimulai dari sini kita sangat suka sekali salah satu jenis makanan yang sangat simple dan porsinya cuku THIS IS DONER KEBAB whahahha kangen sekali makanan ini. Makanan yang sangat sederhana berisi daging sapi dan kentang goreng yang hangat disajikan dalam satu box mini dan di shaking bersama bumbu-bumbu spicy hmm yummy, kalau di Augsburg makanan kita pizza, Heidelberg pommes, dan Ludwigsburg punya kenangan Doner Kebab hihihihi. 

      Alhamdulillah makan malam atau cemilan malam kali ini sudah sangat mengenyangkan, masih banyak waktu free yang kami punya untuk sekedar jalan-jalan tapi karena mengingat kami sudah sangat lelah dan capek akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke Hotel yang ternyta jaraknya sangat cukup cukup jauh HAH !!! “Walking Day” dengan bantuan sebuah peta kami mengikuti jalan-jalan dan banyak melewati rute, walaupun sempat bingung dan rasanya kaki sudah keram untungnya ada Guide kami Madito Papa Bear yang selalu cekatan untuk memberikan petunjuk,haduh sumpah deh itu jalan kaki paling lama untuk sampai ke hotel hah,,, rasanya waktu itu udah mau marah-marah dan kedinginan banget. Datang dari arah berlawanan masuk ke dalam hotel dan lari-larian untuk cepat masuk ke dalam kamar dan menghangatkan badan, suasana kamar yang terasa berbeda dimana kita bisa melihat pemandanga kota dari dalam kamar. Hotel yang satu ini memang paling the best deh, walaupun awalnya ragu ini hotel seperti apa tapi ternyata service nya itu mantap banget deh,, I wanna back to City Hotel :( !!

       Seperti biasa di malam pertama kami di Ludwigsburg mulai membongkar kembali barang bawaan kami yang terdahulu dan merapikannya semua, rasa kantuk yang tertahan karena ingin menonton saluran televisi dan online sepuasnya di hotel, sayangnya saat ini masih terlalu pagi untuk Indonesia dan masih terlalu sore di Jerman. Tapi setidaknya masih bisa terhibur dengan fasilitas Internet di hotel ini, untuk beberapa kalinya kami juga membuka dapur umum di hotel alias kita masak-masak juga hihihi namanya juga orang Indonesia pasti ngga bisa jauh makan dari nasi. Oleh karena itu ka sena ditugaskan untuk membawa si Little Cooker yang menjadi penyelamat kami, kami berkumpul bersama untuk sekedar sharing dan makan camilan bersama. Okee ini waktunya untuk beristirahat karena besok sepertinya akan menjadi hari yang padat juga di PH Ludwigsburg melihat sederetan orang yang harus kita temui dan beberapa kelas yang harus kita ikuti. Well, see ya !! Guten Nacht

“I love this place, but it's haunted without you. My tired heart is beating so slow our hearts sing this that we want it we want it. Our hearts sing 'cause we do not know..”

No comments: