Dear December,
I am asking
Kau tahu apa yang selalu aku
takutkan dalam hidupku?
Adalah ketika aku mempercayakan
hatiku kepada seseorang namun aku tak bisa memberikan seluruh hatiku kepadanya.
Aku bukanlah orang yang percaya
pada cinta awalnya, hanya cinta dari anak kepada orang tuanya dan pasangan suami istri yang aku tahu
tidak lebih dari itu.
Aku selalu memandang sebelah mata
kepada pasangan belia yang memadu kasih, membuang waktu dimana mereka hanya bisa
bermain-main melewatkan hal yang seharusnya banyak mereka lakukan.
Sampai saat dimana aku sadar aku
mengenal seseorang yang setiap hari membuatku selalu ingin bertemu dengannya,
jantungku berdegup kencang ketika bertemu dengannya bahkan aku tak pernah
bisa memejamkan mata dengan cepat setiap malamnya karena selalu terlintas dia dalam
bayangan.
Tetap saja hal itu berlalu dengan
begitu cepat karena aku lebih mencintai diriku sendiri dan lebih memilih untuk
menenggelamkan diriku dalam angan-anganku saja atas perasaan yang aku punya.
Mereka yang pernah singgah dan
meminta dibukakan pintu hati, aku sambut dengan baik namun tak pernah kupersilahkan
untuk menetap dengan segala penjelasan yang membuat mereka akhirnya timbul
tenggelam dan aku tinggalkan.
Mereka yang selalu mempertanyakan
banyak hal belum tentu sanggup untuk menjalani kisahnya seperti aku, jika
beberapa tahun lalu mereka bertanya apa tujuan hidupku setelah bukan
lagi menjadi anak kuliahan atau anak mamah. I’m just say, I want to be a strong
woman with a great career and don't have a time for playing with a boy then I never pictured myself being somebody’s
girlfriend even wife. (I was on 22 years old)
Dear Judhitya Pitana thanks for
remind me, and we have same opinion about that.
Honestly, almost many years ago I
gave up on partnership on commitment and love. Terkadang cinta itu merusak
pertemanan dan sering kali ketika hal itu terjadi aku lebih menjauh dan
menghilang. Yes, maybe I was the worst type of girlfriend anyone could have
had. Lebih mengutamakan pekerjaan, quality time and hangout bahkan lebih senang
menghabiskan waktu sendiri. Aku rasa itu tidak salah namun lambat laun memang
aku merasa kesepian tapi siapa peduli karena mereka yang sering hadir lebih
mengganggu hidupku dengan banyak bualan dan harapan. Hey Boy I can do the same
thing to you!
I know, I’m no good, I may even be the worse person
you can be with, yet I try my best to be the one you want, the one who
is worthy of being with you through the end of time.
Hal yang lebih menakutkan adalah
ketika aku mulai masuk ke kehidupan orang lain namun aku belum siap untuk
mengikuti aturannya, you know I have my own rules for my life.
Dear Dominique Sawi seandainya
bisa langsung aku peluk hari ini juga setelah apa yang kamu ceritakan dari awal
sampai akhir namun akhirnya berujung bahagia. Tentunya hal yang kamu alami saat
ini masih jauh dalam bayangan aku sekarang so far far away.
Kita sama-sama
bertemu dengan orang baru walaupun kamu sudah setahap lebih maju dan aku
bahagia untuk itu walaupun dibalik itu sedikit cerita tangisan yang membuat aku
bergidik merinding ketika kamu bilang ingin kembali ke awal OMG I was shock tapi
kesabaran dia memang membuat kamu percaya kalau kamu memang bisa jalan terus
sepertinya kalau aku jadi kamu, aku sudah angkat bendera putih.
Sedikit
mengingat sewaktu kuliah sejarah Kebudayaan yang membahas tentang pernikahan
adat dan itu memang sangat sulit untuk diterima sebagian anak muda yang
sekarang sudah menganut paham modernisme bahkan liberal untuk mengikutinya. Well,
sebelum aku membahas pernikahan rasanya masih terlalu jauh dengan konsep yang
aku pahami saat ini dan ditambah lagi dengan label generasi millenial or something else.
Mudah untuk membicarakan konsep
dua orang untuk menjalin hubungan, dimana mereka mencoba saling mengenal satu
sama lain dari mulai hal kepribadian, daily activity, your family bahkan membuat rencana
untuk kedepannya seperti apa. That’s a process and need so many time,
beruntungnya jika kamu menemukan seseorang yang bisa semuanya serba instan and
click ! but I am not that person. Memang benar pepatah yang mengatakan biar
sambil jalan saja kedepannya, hmm kedepan mana ya? If you’re thinking like that, you were in trouble.
“It's more like you meet someone,
and you fall in love and you hope that that person is the one. Then at
some point, you have to put down your chips. You just have to make a commitment
and hope that you're right.”
Thanks for my two ladies, specially sawi she said "you still have a lot of time to make yourself be what you want".