Day
8 (Wednesday, 14 November 2012)
“I was never in love with someone
else, I never have somebody waiting on me and you are all of my dreams come
true. And I just wish you knew, I was so in love with you ..”
(Owl City – Enchanted)
Suasana
pagi yang tidak pernah ramah menyambut kamu, dingin..dingin sama seperti
suasana hati yang dingin kips !! hari
ini kami check out dari Youth Hostel Heidelberg, setelah selesai membereskan
kamar dan membawa barang bawaan kami ke lobby ternyata ada yang terlupakan
ingat loh ini hotel pelajar jadi segala sesuatunya harus mandiri. Salah satunya
kita harus membawa seprai, selimbut dan handuk ke box container yang sudah
disiapkan nantinya box itu akan di bawa ke tempat pencucian. Itulah bedanya
kita menginap di hotel pelajar dengan hotel yang berbintang, setelah sarapan
dan mengecek segala persiapan kami berangkat dengan menggunakan bus menuju
Ludwigsburg. Hmmm rasanya berat sekali dan sangat sebentar stay di Heidelberg
seddiiihhh … sebelum menuju Ludwigsburg kami pergi mengunjungi sebuah Schools
di Schwetzingen dan kita di pandu langsung oleh Prof. Seidenfuss tenyata dia
sudah sehat sekarang padahal cuaca kali ini sangat dingin sekali di banding
kemarin. Schools yang satu ini sangat indah sekali dan memiliki taman yag
sangat luas, banyak hal yang kami temukan di Schools ini diantaranya masjid,
taman yang indah dan beberapa tumbuhan tropis.
Schwetzingen
Palace
A
knightly water palace in Schwetzingen is documented for the first time in 1350.
It consisted of a small complex with a keep surrounded by a wall on an island in
the Leimbach river. The owners, the Schomberg family, had made the palace
available to the palgrave Ruprecht.
His
successors methodically purchased property in Schwetzingen and enlarged the
area with a garden, which was later to become the point of origin of the large
park. Over the subsequent centuries the palace served the Palatinate Court as a
hunting seat.
In
the Thirty Years' War the palace, which was further expanded under Elector
Ludwig V von der Pfalz (1508-1544), was devastated and rebuilt. In 1689 this
palace also went up in flames in the Palatinate-Orleans War. However, under
Elector Johann Wilhelm it was quickly rebuilt again, being completed in 1701.
From 1711 to 1713, with the addition of the "Communs-Bauten" (Communs
Buildings) toward the town, the palace was given the character of a more modern
three-wing complex around a court of honor.
In
the years that followed the garden was also redesigned under Elector Carl
Philipp (1661-1742) and closed in a broad semicircle with an Orangery in 1718.
Despite this, the Elector soon neglected the electoral summer residence in
favor of his ambitious palace project in Mannheim.
It
was Carl Theodor (1724-1799) who finally devoted himself to the palace again
and launched into great building activity: As a replacement for the decayed
Orangery he had the northern "Zirkelbau" (Quarter-Circle Building) of
the palace added.
A
theater, which was built onto the northern "Zirkelbau", also found
its place there. The southern "Zirkelbau" with rooms for social
gatherings was constructed as a counterpart.
The
simple, older palace building was retained, although new projects were
repeatedly developed, e.g. a large star-shaped building in the center of the
present garden parterre. Renown architects of the age, such as Pigage,
Rabaliatti and Baltasar Neumann, contributed their suggestions, but none of
these were ever realized.
However,
the gardens experienced a large-scale redesign. The French-influenced garden
complex resulted under the architect Nicolas de Pigage, and later under the
garden architect Friedrich Ludwig Sckell the section of the garden inspired by
English landscape gardens.
Diverse
architectural elements adorn and structure the garden. The best-known are
certainly the luxurious "Badhaus" (Bath House) of the Elector and the
Mosque.
Prof.Seidenfuss
menjadi guide kami selama lebih dari 1 jam, padahal sesudah itu beliau harus
mengajar kembali ke kampus. Maka dari itu beliau pergi buru-buru, senang sekali
rasanya bertemu dengan beliau sampai sekarang Prof.Seidenfuss masih berhubungan
baik dengan kami. Kami mendapat souvenir sebuah peta dari Schools Shwetzingen
yang luasnya sangat besar sekali begitu pula kami memberikan souvenir kepada
Prof.Seidenfuss. setelah selesai mengunjungi Schwetzingen kami melanjutkan
perjalanan ke Ludwigsburg sekitar 110 km, perjalanan kami diiringi dengan
rintik-rintik hujan dan cuaca mendung. Memasuki kota Ludwigsburg lebih berwarna
karena kita langsung disuguhkan pemandangan beberapa gedung tinggi di banding
kota sebelumnya. Sedikit pemandangan alam yang kami temui, tempat yang pertama
kami cari adalah City Hotel yang akan menjadi tempat penginapan kami. Dari luar
hotel ini tampak seperti hotel tua tetapi setelah masuk ke dalam terutama ke
dalam kamarnya sangat luar biasa, kamar yang sangat cantik dengan fasilitas
yang wow… waktu kami tidak banyak untuk berleha-leha karena kami akan segera
melanjutkan ke perjalanan kami selanjutnya yaitu berkunjung ke Ludwigsburg
Palace. Sesampainya di Ludwigsburg Palace kami pun berpisah dan berpamitan
bersama driver kami yang selama 3 hari sudah menemani perjalanan kami. Cusss
!!!!
Hello,
waw Istana yang Indah setelah di Schwetzingen sebelumnya, yaitu Ludwigsburg
Palace. Duke Eberhard Ludwig von Wuerttemberg (1693 - 1733) when he was 27
years old, in 1704 laid the cornerstone in his forests 14 km to the north of
Stuttgart for a hunting castle. This was the beginning of the impressive
Baroque residence, the largest German castle grounds, completed by 1733,
consisting of 18 buildings with in all 452 rooms in a 32 hectare large park.
The building masters were Johann Friedrich Nette and Donato Guiseppe Frisoni.
The Italian painter of frescos, Colomba, and the plasterers Carlone and Retti
outdid themselves with the courtly splendor.
In
addition to the "old", the first Corps de Logis, the game pavilion,
the hunting pavilion and the court chapel arose. In the axle of the Corps de
Logis, at some distance as a point de vue, is the pleasure castle Favorite with
its many towers. But only the construction of the new Corps de Logis in the
twenties of the 18th century really made Ludwigsburg to the "Swabian
Versailles". The Ludwigsburg palace grounds today are home to the porcelain
factory founded in 1758, the garden show "Blooming Baroque" and
serves as a venue for the castle festival.
Sayang
sekali di Schools ini kita tidak diizinkan untuk mendokumentasikan gambar di
dalam ruangannya kecuali di luar istana. Beruntung sekali kami ditemani oleh
seorang Guide yang sangat fasih sekali berbahasa Inggris dan menjelaskan secara
detail satu persatu sejarah dari masing-masing ruangan yang ada di Istana
tersebut. Satu demi persatu ruangan yang kami masuki ternyata memiliki fungsi
masing-masing, semua arsitekturnya pun memiliki arti yang berbeda. Hal yang
paling menarik adalah ketika kami diberi tahu petunjuk mengenai beberapa
ruangan yang menjadi pintu rahasia antara ruang satu dengan ruang yang lain.
Berada di tempat ini seolah-olah seperti ada di film yang sering aku tonton,
sedikit merasa seperti Ratu dadakan saat itu hehehe. Waktu berkunjung kami
memang tidak terasa berlalu dengan cepat dan ternyata kami sudah mengeliling
hampir semua bagian Istana, setelah selesai dengan bagian dalam Istana kami
tertarik untuk berjalan-jalan sedikit di halaman Istana tapi ternyata sayang
waktu berkunjung sudah hampi habis sehingga Carin pun menyarankan agar kita
berjalan-jalan menuju pusat kota. Sambil berjalan menikmati suasana baru di
Kota Ludwigsburg yang menurutku baru ini yang dinamakan kota, karena banyak
orang berlalu-lalang dimana-mana dan cukup banyak juga gedung-gedung tinggi
seperti gedung perkantoran. Memasuki jalan-jalanan kota sama hal nya disini
terdapat banyak restaurant, toko-toko dan perumahan. Carin memberikan kami
waktu Free time untuk berjalan masing-masing sementara dia akan mempersiapkan
beberapa kebutuhan untuk kegiatan besok di PH Ludwigsburg, kami memutuskan
untuk makan malam bersama dimana kami pergi ke sebuah restaurant turki dan
pastinya kalian tahu dong makanan khas turki yang sangat terkenal di Indonesia
yuuuppp it’s KEBAB tapi disini beda karena kebanyakan mereka menyebutnya Doner
dan memiliki varian yang bermacam-macam. Nah, dimulai dari sini kita sangat
suka sekali salah satu jenis makanan yang sangat simple dan porsinya cuku THIS
IS DONER KEBAB whahahha kangen sekali makanan ini. Makanan yang sangat
sederhana berisi daging sapi dan kentang goreng yang hangat disajikan dalam
satu box mini dan di shaking bersama bumbu-bumbu spicy hmm yummy, kalau di
Augsburg makanan kita pizza, Heidelberg pommes, dan Ludwigsburg punya kenangan
Doner Kebab hihihihi.
Alhamdulillah
makan malam atau cemilan malam kali ini sudah sangat mengenyangkan, masih
banyak waktu free yang kami punya untuk sekedar jalan-jalan tapi karena
mengingat kami sudah sangat lelah dan capek akhirnya kami memutuskan untuk
kembali ke Hotel yang ternyta jaraknya sangat cukup cukup jauh HAH !!! “Walking
Day” dengan bantuan sebuah peta kami mengikuti jalan-jalan dan banyak melewati
rute, walaupun sempat bingung dan rasanya kaki sudah keram untungnya ada Guide
kami Madito Papa Bear yang selalu cekatan untuk memberikan petunjuk,haduh
sumpah deh itu jalan kaki paling lama untuk sampai ke hotel hah,,, rasanya
waktu itu udah mau marah-marah dan kedinginan banget. Datang dari arah
berlawanan masuk ke dalam hotel dan lari-larian untuk cepat masuk ke dalam
kamar dan menghangatkan badan, suasana kamar yang terasa berbeda dimana kita
bisa melihat pemandanga kota dari dalam kamar. Hotel yang satu ini memang
paling the best deh, walaupun awalnya ragu ini hotel seperti apa tapi ternyata
service nya itu mantap banget deh,, I wanna back to City Hotel :( !!
Seperti
biasa di malam pertama kami di Ludwigsburg mulai membongkar kembali barang
bawaan kami yang terdahulu dan merapikannya semua, rasa kantuk yang tertahan
karena ingin menonton saluran televisi dan online sepuasnya di hotel, sayangnya
saat ini masih terlalu pagi untuk Indonesia dan masih terlalu sore di Jerman.
Tapi setidaknya masih bisa terhibur dengan fasilitas Internet di hotel ini,
untuk beberapa kalinya kami juga membuka dapur umum di hotel alias kita
masak-masak juga hihihi namanya juga orang Indonesia pasti ngga bisa jauh makan
dari nasi. Oleh karena itu ka sena ditugaskan untuk membawa si Little Cooker
yang menjadi penyelamat kami, kami berkumpul bersama untuk sekedar sharing dan
makan camilan bersama. Okee ini waktunya untuk beristirahat karena besok
sepertinya akan menjadi hari yang padat juga di PH Ludwigsburg melihat sederetan
orang yang harus kita temui dan beberapa kelas yang harus kita ikuti. Well, see
ya !! Guten Nacht
“I love this place, but it's
haunted without you. My tired heart is beating so slow our hearts sing this
that we want it we want it. Our hearts sing 'cause we do not know..”