Sunday, December 2, 2012

A SHORT STORY INTO GERMANY

A Short Story Into Germany : History Go To Germany
Semuanya berawal dari kuliah Sejarah Eropa Kontemporer, dari sebuah harapan , mimpi sampai menjadi kenyataan. Pengalaman dari seorang dosen yang pernah melanglang buana ke benua Eropa, sedikit berbagi cerita kepada seorang sahabat Sari Wijaya. History Go To Germany yang di dukung oleh lembaga pendidikan Jerman DAAD. Dosen saya Ibu Kurniawati awalnya bercerita kepada sari ternyata ada kesempatan untuk mengikuti semacam pertukaran pelajaran ke Jerman yang pernah beliau ikuti 6 tahun yang lalu semasa masih kuliah S2 di Universitas Indonesia. Ibu Nia berharap kalau Jurusan Sejarah bisa melakukan hal itu, di mulai dari Sari yang kemudian bercerita kepadaku entahlah seiring berjalannya waktu kita sering berkomunikasi dengan bu nia, kemudian Nuri Tomandoina atau Donna yang dianggap memiliki kemampuan Bahasa Inggris yang bagus, Fitria yang memiliki mimpi sekolah di Jerman, Bimo yang mengidolakan Hitler, Faisal yang memiliki pengetahuan luas, dan aku hmm yang ingin memiliki pengalaman dan pelajaran hihi. Kejutan, kita pun memiliki 2 orang Senior yang Ikut bergabung ada Wintarsih dan Sena. Aku pun tidak terlalu dekat dengan mereka hanya kenal selintas dan tidak begitu tahu banyak, tapi lama kelamaan ternyata aku pun bisa mengetahui satu sama lain sifat dan karakter masing-masing dari setiap anggota. 

Kelompok kami pun akhirnya terbentuk dengan anggota awal ada Ibu Kurniawati sebagai Dosen Pembimbing, Sena Octo sebagai Ketua, Wintarsih sebagai Sekertaris, Fitria sebagai Bendahara dan anggota yang lain saling mambantu tugas lainnya. Program dari DAAD ini tentunya sangat menarik dan memiliki syarat serta tantangan yang begitu besar, kalau dihitung dari sekarang mungkin itu sudah setahun yang lalu kami berjuang untuk merealisasikan kegiatan kami. Untuk mengukuhkan bahwa kita sebagai Grup yang satu sama lain akan saling bekerjasama tentunya tidaklah mudah, Ibu Nia dengan sangat disiplin membimbing kami walaupun pada awalnya aku tidak cukup yakin ini akan berhasil tapi dengan melihat kenyataan dan motivasi dari dosen pembimbing ini insya allah. 

Ada hal yang sangat besar menjadi tantangan kami, yaitu kita harus punya LETTER INVITATION dari Universitas di Jerman yang akan dikunjungi sebagai bukti bahwa  kita memang serius untuk mengadakan kegiatan ini maka kami sebelumnya harus punya Hubungan Komunikasi dengan Universitas-Universitas di sana serta Hal yang paling fatal adalah masalah DANA ternyata kegiatan ini tidak sepenuhnya di sponsori oleh DAAD hanya Biaya Akomodasi yang harus di tanggung sendiri yaitu Biaya Pesawat Pulang Pergi untuk ke Jermannya L hmm itu adalah hal yang paling bikin galau. Kedua hal ini sudah kami bicarakan sejak awal kepada masing-masing anggota sehingga kami harus menerima konsekuensinya masing-masing dan harus sanggup bekerjasama untuk mewujudkan kegiatan ini. 

Program dari DAAD ini memiliki 3 Tahapan seleksi dan 3 kali pemberangkatan dalam 1 Periode (Alhamdulillah kita berangkat di Periode ke 2 setelah Aplikasi Pertama gagal dan Universitas Indonesia yang berangkat) Tahapan Seleksi pertama yaitu Januari 2012 awal dengan seleksi pemberkasan Jakarta sampai tahapan Internasional di Bonn. Di Periode pertama kita gagal karena pemberkasan yang masih kurang lengkap dan Letter Invitation dari Pihak Universitas belum juga diberikan. Dibalik persiapan pemberkasan ini banyak cerita yang kami lalui bersama. Dalam seminggu kita selalu mengadakan pertemuan setidaknya untuk membahas persiapan proposal, itenary dan hubungan komunikasi dengan universitas di Jerman. Kak Wintarsih menurutku orang yang sangat ulet, dia orang yang selalu berhubungan intens dengan bu nia untuk membahas persiapan kegiatan ini mulai dari balas membalas surat untuk para Profesor di Universitas Jerman, mengkonsepkan surat untuk ke pihak Universitas, dan selalu komunikasi dengan mba Muji dari DAAD di Indonesia. Kak Sena pun memiliki tugas yang sama dengan kak win, kedua senior ini pada awalnya sangat menyenangkan dan selalu memberikan kami bimbingan juga tapi kalau galau sama skripsi dan kerjaannya muncul kadang kita kena imbas bad moodnya hehehe. Keseriusan kami tentunya diimbangi dengan canda tawa, saat seorang sari yang memang memiliki sifat yang terbuka selalu adu mulut dengan wintarsih tapi itu hanya sementara dan setelah itu kita kembali berdiskusi kembali. WAKTU adalah hal yang sangat penting, waktu itu aku masih kuliah semester 5 dan mata kuliah saat itu memang lagi padat-padatnya sekali ditambah dengan ternyata si mamah yang lagi hamil lagi haduuhhh.. #skip aja. Kami khususnya aku, sari, dona, fitri, bimo, dan faisal yang notabene satu kelas kalau ngga bisa rapat pasti ngga rapat semua. Alhasil paling yang tersisa untuk rapat dengan bu nia ya kak win dan ka sena L sehingga hal tersebut pun menjadi kerikil kerikil kecil yang bisa bikin drop grup kita, belum lagi kalau ada anggota-anggota kelompok yang ijin untuk kerja (termasuk aku yang masih sibuk ngajar di bimbel hehe) dan anggota yang sakit pokoknya ujian terberat kita adalah menyamakan waktu untuk melakukan rapat bersama sangatlah sulit L kangeen sekali masa-masa itu …
“Saat ini, sama seperti saat-saat yang lain, merupakan waktu yang berharga. Jika kita tahu apa yang harus kita lakukan dengan waktu yang ada saat itu.”

Dear, perpecahan memang tidak dapat dihindari. Salah seorang dari kami ternyata mundur untuk melanjutkan langkahnya Fitria memang dalam kondisi yang tidak memungkinkan karena kesehatannya mudah terganggu atas saran seorang dosen lebih baik dipikirkan kembali mengingat cuaca dan kondisi di Eropa akan memasuki Winter sehingga pasti akan dingin sekali. Entah ada apa dan mengapa teman kami yang satu lagi pun ikut mundur yaitu Donna sangat di sayangkan, dan mungkin pada saat itu kedua temanku ini memiliki alas an dan pertimbangannya masing-masing untuk mengambil keputusan tersebut. Usut punya usut kegiatan kami sudah mulai terdengar dari jurusan sampai kalangan teman-teman, entah apa yang aku rasa tapi aku memang merasa biasa saja walaupun banyak orang yang mencibir bahwa kegiatan kami itu sangat impossible sekali tapi kami tetap berusaha dan Alhamdulillah mulai dari Jurusan, Fakultas sampai Universitas kami mendukung kegiatan kami tentunya dengan usaha yang sangat besar dan cukup lama untuk meyakinkan mereka.

Sempat ada beberapa yang singgah sebentar dalam grup kami, ada Rendi yang bergabung dengan grup kami namun baru beberapa saat kemudian dia mengundurkan diri kembali karena pada saat itu dia baru memiliki tanggung jawab baru yaitu menjabat sebagai wakli ketua BEM FIS. Setelah aplikasi pertama gagal akhirnya kami memutuskan untuk mencoba kembali di periode yang kedua untuk keberangkatan bulan November 2012. Happy New Year 2012 awal yang baik untuk memulai sesuatu yang baru, di mulai dari perombakkan kembali anggota, proposal dan persiapan DANA !!! Welcome new member in our Group, kedatangan anggota baru yaitu Bara dan Dimas. Aku pun tidak begitu paham bagaimana semua ini terjadi dan criteria penilaian apa yang dibutuhkan karena semua masih berjalan dengan apa adanya, dengan saling terbuka kami berbagi cerita untuk mempersiapkan aplikasi kedua kami ke DAAD. Saat itu kami bekerja dalam pembagian kelompok untuk mempermudah semuanya namun ternyata tidak semudah itu juga L Wintarsih dan Ibu Nia mengurus hubungan komunikasi dengan pihak Universitas di Jerman yang Alhamdulillah sudah Fix Letter Invitation nya yaitu Universitas Augsburg, PH Heidelberg dan PH Ludwigsburg. Sena mengurus komunikasi dengan mba Muji dari DAAD Indonesia, dan kami mempersiapkan Proposal untuk beberapa perusahaan untuk mensponsori kegiatan kami totalnya 21 perusahaan tapi ternyata tidak ada yang gol satu pun, seddddiiiihhhh nyaaaaaaa ….

Berita-Berita mendebarkan datang silih berganti, dari mulai diterimanya proposal kami di Jakarta dan sudah diterima di Bonn. Kami selalu bertanya-tanya akan kah kami berhasil nanti? Tak pernah putus doa yang selalu kupanjatkan kepada Allah SWT, semoga kami selalu diberikan kemudahan.. memang tidak terasa saat itu tapi jika diingat kembali begitu banyak waktu dan usaha yang kami curahkan untuk kegiatan ini. Kami yang selalu mementingkan egoism masing-masing kadang terlupakan bahwa ini adalah kerja tim, aku pun sama seperti itu kadang rasa percaya diri yang sedikit demi sedikit terkikis membuat ragu. Tapi Alhamdulillah tidak pernah berniat untuk mundur namun ketika sesuatu hal yang merubah pandanganku sejenak aku pun bimbang antara sahabat, impian, dan kenyataan. Ketika aku harus kehilangan 2 sahabatku yang mundur dari kegiatan ini Sari yang diputuskan untuk OFF dan Bara juga, sempat terpikir untuk mundur juga karena aku bimbang, aku merasa sendiri dan banyak pikiran-pikiran negative menghantuiku. Tapi mereka menguatkan aku untuk terus maju, pada saat itu aku selalu menangis menghadapi kenyataan ini, selalu merasa bersalah dan tidak berguna sama sekali.

Allah mungkin menunjukkan jalan yang berbeda untuk umatnya, entah bagaimana nanti jadinya, seperti apa kenyataannya tapi itu adalah jalan terbaik. Aku memutuskan untuk menjalaninya dan yakin bahwa kami akan berhasil. Terlepas dari permasalahan yang ada di dalam Group kami, aku hanya bisa menjadi seorang yang penurut saat itu. Dan memang benar Allah mendengar doa kami, setelah insiden itu Ibu Kurniawati memberikan kabar bahwa kami diterima dan lolos seleksi untuk mengikuti kegiatan STUDY VISIT TO GERMANY . Setelah berita ini kita hanya punya waktu kurang lebih 1 bulan untuk mempersiapkan semuanya paspor, tiket pesawat, dan list anggota yang fix. Ini merupakan ketiga kalinya kami melakukan penyusunan ulang Grup mulai dari struktur anggota dan penerimaan anggota baru lewat seleksi yang di buka secara umum di Jurusan Sejarah. Untuk anggota yang sudah ada sebelumnya kita mempersiapkan paspor dan dana yang diberikan oleh Universitas digunakan sebagai awal modal kas kami, anggota baru kami menjadi lengkap setelah melewati beberapa seleksi WE ARE DELEGATION FROM DEPARTMENT OF HISTORY STATE UNIVERSITY OF JAKARTA : Ibu Kurniawati, Sena Octo, Wintarsih, Dhea Maria, Raden Bimo, Faisal Firdaus, Nuri Tomandoina (She is Back), Febry Satya, Madito, Restu Yanuar,dan Riski Gustiar.

Persiapan menjelang hari keberangkatan kami di isi dengan diskusi materi, belajar bahasa inggris, mempersiapkan akomodasi (we are flying with Emirates), mengumpulkan dana tambahan dengan menjual kaos kepada alumni dan teman-teman. Alhamdulillah pengurusan akomodasi berjalan dengan lancar berkat bantuan dari Ibunda Febry, hari demi hari semakin dekat dan persiapan kami semakin banyak apalagi soal perlengkapan yang akan kita bawa kesana. Mulai dari perlengkapan pribadi, perlengkapan kelompok, perlengkapan souvenir, dan persiapan materi diskusi disana. Perhatian banyak orang semakin tertuju kepada kami setelah Banner besar terpampang di depan Fakultas Ilmu Sosial, terlapas dari orang yang mendukung atau mencibir kami kami ucapkan TERIMAKASIH. Persiapan semakin dekat semakin besar pula rasa takut dalam hati (ngetik ini sambil nangis huhuhuhuhu) saat itu banyak pikiran yang terlintas dalam benakku. Aku tidak pernah bercerita kepada siapapun tentang kegiatan ini maka dari itu ketika kegiatan ini GOAL aku rasa seperti Mimpi bahkan untuk member tahu keluarga ku saja baru aku ceritakan sekitar 1 bulan sebelum berangkat, dan berat rasanya ketika cerita akomodasi tidak ditanggung oleh pihak DAAD. Alhamdulillah ternyata orang tua sangat mendukung sekali namun sayangnya saat itu aku tidak bisa bercerita kepada Almarhumah nenek yang paling aku sayangi karena beliau lah yang selalu memotivasi aku untuk menjadi orang yang bisa membuat orang tua bangga hihi . Ini sih Jujur-Jujuran aja kalau buat yang baca ini semoga termotivasi yaaaa, ALHAMDULILLAH LAGI.. rejeki itu ngga kemana loh selalu berdoa, berusaha dan bersyukur tentunya.. biaya Akomodasi itu sekitar 12,5 Juta dan mungkin saya sudah menghabiskan 13 Juta waktu itu. Untuk membuat paspor dan segala-galanya aku urus sendiri tanpa meminta kepada orang tua, dan aku pun mengusahakan semua aku biayai sendiri tapi apa daya memang tak mampu hehehe.. akhirnya tante aku mendonasikan dananya sebesar 8 Juta dan sisanya aku yang bayar.. memang awalnya ketika ditanga “memang berapa biaya akomodasinya ?” aku bilang 8 Juta tapi sebenarnya 12,5juta hehehe.. ketika semuanya selesai aku baru bilang deh yang sebenarnya PISS !!!! Rejeki itu Allah sudah mengatur dan aku percaya itu … insya allah jangan pernah berkata kurang.. kurangg… berkatalah cukup dan Alhamdulillah. Selama itu pekerjaan lancar, PPL lancar dan Kegiatan kami Lancar.

“Rezeki itu bukan hanya uang. Rezeki itu meliputi semua rahmat Tuhan bagi kita, yang bisa berupa kesehatan, kedamaian, ilmu, keluarga yang sejahtera dan berbahagia, nama baik, dan pengaruh yang besar untuk memajukan kebaikan dan mencegah terjadinya keburukan.”

Menjelang hari keberangkatan di adakan acara pelepasan mahasiswa oleh Jurusan dan itu menjadi awal moment yang terbuka sekali, dimana semua orang khususnya di FIS tahu kalau kami akan berangkat ke Jerman hihi.  Alhamdulillah sampai detik ini pun aku selalu bersyukur karena telah mendapat kesempatan dan pengalaman yang berharga untuk semua ini kepada Allah SWT, Keluarga, Teman-teman, Dosen Sejarah, Alumni dan Semua yang selalu mendukung kami hihi.

Notes : Catatan ini hanya sedikit cerita untuk mengingat apa yang telah aku dan teman-teman aku lakukan untuk menggapai semua ini. Jika ada yang berlebihan mohon maaf yaaa hihihihihih
To be Continue …
Next : “A short Journey in Germany “
Dankeschoen hihi
 

4 comments:

Belajar Memahami Web said...

lanjutkan tulisan mu nak...hohoho

Dhea Maria Suryawan said...

danke !!!!! jaa :)

Unknown said...

Permisi, saya anak UNJ juga mau nanya2 nih soal DAAD study visit ini nih hehe :) Kira-kira boleh minta contact nya kak Dhea? Terimakasih sebelumnya :)

Dhea Maria Suryawan said...

Hai Avinta, silahkan hubungi saya lewat email dhea.suryawan@gmail.com